
Jakarta, Gizmologi – Pertarungan di ranah model akal imitasi (AI) kian sengit. Kali ini OpenAI kembali menggebrak dengan peluncuran model bahasa terbarunya, GPT-5 pada 7 Agustus 2025. Peluncuran ini menandai langkah maju yang signifikan bagi perusahaan dan kembali memanaskan persaingan di sektor kecerdasan buatan (AI) global. Berbeda dari pembaruan sebelumnya, GPT-5 dirancang dengan fokus pada keandalan, efisiensi, dan pengurangan masalah fundamental seperti “halusinasi” atau output yang tidak akurat.
Model ini kini menjadi tulang punggung baru bagi layanan ChatGPT, yang digunakan oleh ratusan juta orang di seluruh dunia. Lebih tepatnya, peluncuran GPT‑5 juga bertepatan dengan 700 juta orang yang menggunakan ChatGPT setiap minggunya. Selain itu, OpenAI juga mengungkapkan bahwa mereka kini memiliki 5 juta pelanggan bisnis berbayar, naik dari 3 juta di Juni.
Alih-alih hanya menambah kekuatan komputasi, OpenAI mengklaim telah merombak arsitektur dasarnya untuk menciptakan sistem yang lebih cerdas dalam mengalokasikan sumber daya. Namun, di tengah klaim peningkatan tersebut, para pesaing utama seperti Google dan Anthropic juga tidak tinggal diam, membuat peta persaingan menjadi semakin kompleks.
Sam Altman, CEO OpenAI, dalam cuitannya menyebutkan bahwa GPT-5 dalam model terintegrasi, artinya tidak ada lagi pergantian model dan bisa memutuskan kapan perlu berpikir lebih keras atau tidak. “Sangat cerdas, intuitif, dan cepat,” ujarnya.
Dijelaskan lebih lanjut, GPT-5 secara cerdas menentukan tingkat penalaran yang diperlukan untuk setiap permintaan, mulai dari jawaban instan untuk tugas sederhana hingga analisis mendalam untuk masalah kompleks. Sam menggambarkan GPT-5 sebagai kekuatan super baru bagi semua orang. “Kecerdasan tingkat PhD untuk semua orang!,” ujarnya.
Fokus pada Peningkatan Inti: Arsitektur Cerdas GPT-5 dan Reduksi Kesalahan
GPT‑5 menghadirkan lompatan signifikan dalam akurasi, kecepatan, penalaran, pengenalan konteks, pemikiran terstruktur, dan pemecahan masalah. Keajaiban sesungguhnya akan terwujud ketika perusahaan mulai menerapkan GPT‑5 untuk melahirkan ide-ide baru dalam berbagai skenario penggunaan.
Salah satu perubahan arsitektural utama pada GPT-5 adalah sistem smart routing terpadu. Sistem ini secara otomatis mengarahkan permintaan pengguna ke varian model yang paling sesuai, tanpa perlu intervensi manual. Terdapat tiga tingkatan utama:
- GPT-5 Mini/Nano: Didesain untuk tugas-tugas yang memerlukan respons instan dengan latensi rendah.
- GPT-5 (Standar): Menjadi penyeimbang antara kecepatan dan kemampuan analisis untuk penggunaan umum.
- GPT-5 Pro: Varian terkuat yang diperuntukkan bagi tugas-tugas kompleks yang membutuhkan penalaran multi-langkah dan mendalam.
Pendekatan ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi komputasi, sebuah tantangan besar di industri AI yang haus energi. Selain efisiensi, OpenAI juga menyoroti kemajuan dalam mengatasi dua kelemahan kronis model bahasa:
- Pengurangan Halusinasi: Tingkat respons yang mengandung informasi keliru atau tidak faktual diklaim turun signifikan. Menurut data internal, tingkat “penipuan” dalam respons penalaran ditekan hingga di bawah 2.1%, sebuah perbaikan penting untuk aplikasi di sektor profesional dan akademis.
- Mengurangi Sycophancy: Model ini dilatih untuk mengurangi kecenderungan memberikan jawaban yang hanya bertujuan menyenangkan pengguna. Tingkat jawaban yang “terlalu setuju” dilaporkan turun dari 14,5% menjadi di bawah 6%, menghasilkan output yang lebih objektif.
GPT-5 Dominasi Seluruh Benchmark AI
Klaim keunggulan GPT-5 didukung oleh serangkaian hasil benchmark yang dirilis oleh OpenAI. Meskipun angka-angka ini perlu divalidasi oleh pihak ketiga secara independen, data awal menunjukkan performa yang kuat di berbagai bidang:
- Pemrograman: Pada benchmark SWE-bench, yang mensimulasikan perbaikan bug pada kode nyata, GPT-5 mencapai akurasi 74,9%.
- Matematika: Untuk soal-soal matematika tingkat lanjut dalam AIME 2025, model ini mencetak skor 94,6% tanpa menggunakan alat bantu eksternal.
- Pemahaman Multimodal: Kemampuannya menganalisis gambar, bagan, dan data visual lainnya mencapai skor 84,2% pada benchmark MMMU.
Angka-angka ini menunjukkan bahwa GPT-5 tidak hanya lebih baik dalam percakapan, tetapi juga sebagai alat bantu fungsional dalam tugas-tugas teknis yang spesifik.
Kontrol di Tangan Pengembang dan Minimnya “Penyakit” AI
GPT-5 dirancang dengan filosofi “ramah pengembang”. OpenAI memperkenalkan serangkaian kontrol API terperinci yang memberikan pengaruh lebih langsung terhadap perilaku model. Fitur-fitur baru ini meliputi Kontrol Upaya Penalaran (Reasoning Effort), di mana pengembang dapat memilih tingkat “usaha” AI, dari minimal untuk tugas sederhana hingga highuntuk analisis arsitektur perangkat lunak yang kompleks. Kemudian Kontrol Verbositas yang mengatur tingkat kedetailan respons, apakah hanya kode, atau penjelasan lengkap beserta konteksnya. Juga Pemanggilan Alat yang Andal di mana tingkat keberhasilan pemanggilan alat (tool use) mencapai 96,7% pada tugas multi-langkah yang kompleks, memungkinkan alur kerja otomatis yang andal.
Selain kontrol yang lebih baik, GPT-5 juga secara signifikan mengatasi dua masalah terbesar yang menghantui model AI generatif: halusinasi (memberikan informasi palsu) dan sycophancy (sikap terlalu penurut atau hanya ingin menyenangkan pengguna).
Tingkat penipuan dalam respons penalaran turun dari 4,8% pada model sebelumnya menjadi hanya 2,1% pada GPT-5. Selain itu, model ini jauh lebih baik dalam mengakui ketika ia tidak mengetahui sesuatu, dengan tingkat kepercayaan palsu hanya 9% dibandingkan 86,7% pada model lama. Sikap “terlalu setuju” juga berhasil ditekan dari 14,5% menjadi di bawah 6%, menghasilkan respons yang lebih jujur dan objektif.
Arena Persaingan: GPT-5 di Tengah Gempuran Pesaing
Peluncuran GPT-5 tidak terjadi dalam ruang hampa. Para raksasa teknologi lainnya telah mempersiapkan model andalan mereka, masing-masing dengan filosofi dan keunggulan yang berbeda.
Gerakan Open-Source (Meta Llama, dll.): Di sisi lain, ada tekanan dari model-model open-source yang dipimpin oleh Meta dengan seri Llama. Meskipun mungkin tidak selalu setara dalam performa puncak dengan model tertutup seperti GPT-5 atau Gemini, model open-source menawarkan fleksibilitas, transparansi, dan biaya yang lebih rendah. Komunitas pengembang yang aktif memungkinkan inovasi yang cepat dan adopsi yang luas di kalangan startup dan institusi riset.
Google dengan Gemini: Sebagai pesaing utama, Google terus mengembangkan seri model Gemini (saat ini diperkirakan berada di versi 2.5 atau lebih tinggi). Keunggulan utama Google terletak pada integrasi mendalam dengan ekosistemnya yang masif, mulai dari Search, Workspace, hingga Android. Gemini seringkali diunggulkan dalam pemrosesan data real-time dan kemampuan multimodal yang didukung oleh infrastruktur riset Google yang luas.
Anthropic dengan Claude: Dikenal dengan penekanannya pada keamanan AI, Anthropic menawarkan model Claude (diperkirakan sudah mencapai Claude 4). Model ini dibangun di atas fondasi “Constitutional AI” yang bertujuan untuk menghasilkan respons yang lebih etis dan dapat diprediksi. Bagi banyak perusahaan, terutama di sektor keuangan dan hukum, pendekatan Claude yang lebih konservatif dan “aman” menjadi alternatif menarik dibandingkan model lain yang lebih “kreatif”.
Artikel berjudul Sam Altman: OpenAI GPT-5 Miliki Kecerdasan Level PhD, Minim Halusinasi yang ditulis oleh Redaksi pertama kali tampil di Gizmologi.id