
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Sutradara film dokumenter Dirty Vote, Dandhy Laksono, merespons penangkapan aktivis dan tindakan aparat kepolisian di sejumlah daerah.
Dandhy mengatakan bahwa telah terjadi penangkapan di luar prosedur hukum di berbagai wilayah di Indonesia.
Mulai Jakarta hingga Bali. Ia juga menyebut kampus dan mahasiswa turut menjadi sasaran.
“Penangkapan di luar prosedur hukum terjadi di Jakarta hingga Bali. Mahasiswa dan kampus diserang. Unisba dan Unpas di Bandung hingga Gorontalo,” Dandhy di X @Dandhy_Laksono (2/9/2025).
Dalam cuitan yang sama, ia menilai tindakan aparat justru memicu kemarahan publik.
“Rezim Prabowo dan polisi tak punya itikad baik dan terus memprovokasi kemarahan publik. Perlu membakar apa lagi agar mau berubah?,” tambahnya.
Unggahan tersebut disertai poster seruan pembebasan Direktur Lokataru Foundation, Delpedro Marhaen, yang dikabarkan dijemput paksa oleh aparat.
Terdapat juga informasi terkait situasi darurat di kampus UNPAS Tamansari dan UNISBA Bandung akibat penembakan peluru karet dan gas air mata.
Dalam cuitan terpisah, Dandhy juga menyinggung pernyataan Presiden Prabowo soal dalang aksi.
“Padahal kata Prabowo dalangnya asing dan koruptor. Yang ditangkap sebagai dalang malah mahasiswa di Riau,” sesalnya.
Unggahan tersebut disertai poster berisi seruan pembebasan Khariq Anhar.
Untuk diketahui, Khariq merupakan aktivis mahasiswa Universitas Riau yang disebut dikriminalisasi dengan delik UU ITE dan dituduh sebagai aktor intelektual aksi 25 dan 28 Agustus 2025.