
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pernyataan dua tokoh nasional terkait gelombang aksi protes belakangan ini menjadi sorotan pegiat media sosial, Herwin Sudikta.
Ia menilai ada pola yang konsisten dalam cara publik diarahkan melihat demonstrasi besar-besaran akhir Agustus lalu.
Wakil Ketua DPR, Sufmi Dasco Ahmad, sebelumnya menyebut pihaknya tidak menemui mahasiswa saat aksi berlangsung karena situasi yang dinilai tak kondusif serta adanya penumpang gelap di balik unjuk rasa.
Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyinggung penjarahan rumahnya tampak seperti orang sedang berpesta.
“Sekilas pernyataan itu berbeda, tapi kalau kita hubungkan, muncul pola yang konsisten, delegitimasi protes rakyat lewat framing chaos,” kata Herwin kepada fajar.co.id, Jumat (5/9/2025).
Herwin mengurai bahwa gejolak awal dipicu isu kenaikan pajak di beberapa daerah, disusul dengan penetapan kenaikan tunjangan perumahan anggota DPR.
“Isu bermula dari kenaikan pajak tinggi di beberapa daerah, lalu disusul dengan penetapan kenaikan tunjangan perumahan anggota DPR,” sebutnya.
Publik yang sudah lama merasa tertekan, semakin tersulut setelah melihat aksi joget anggota DPR yang dianggap tidak peka terhadap penderitaan rakyat.
“Sepertinya isu inilah yang membuat kondisi diciptakan sedemikian rupa,” tukasnya.
Puncaknya, kata Herwin, ketika terjadi peristiwa memilukan yang menimpa salah seorang driver ojek online (Ojol), Affan Kurniawan (21) usai terlindas Rantis Brimob.
“Tak lama kemudian, publik disuguhi kerusuhan di markas aparat dan penjarahan rumah pejabat,” Herwin menuturkan.