
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Peneliti ISEAS Yusof Ishak Institute, Made Supriatma, menyemprot Presiden Prabowo Subianto usai jumpa pers bersama para ketua umum partai politik baru-baru ini.
Ia mengatakan bahwa langkah Presiden untuk menunjukkan persatuan justru tak menjawab inti persoalan yang memicu gelombang aksi massa.
“Sampai mati berapa banyak? Presiden Prabowo (telah) bertemu dengan para pemimpin parpol, memperlihatkan persatuan, dia jajarkan para elit parpol termasuk yang tidak ada dalam pemerintahan di belakangnya. Tapi apa yang baru dari jumpa pers ini? Tidak ada,” kata Made di Facebook pribadinya (1/9/2025).
Dikatakan Made, pernyataan Presiden tidak menawarkan solusi konkret selain tudingan bahwa gerakan rakyat mengarah ke makar dan terorisme.
“Jumpa pers ini hanya litani keluhan lama. Bangsa yang besar, bangsa yang jadi korban, bangsa yang sial karena diadu domba. Presiden sama sekali kehilangan realitas. Ia tidak bersentuhan dengan bumi,” tegas Made.
Ia menilai, Presiden berada dalam gelembung sempit bersama para loyalis sehingga gagal melihat akar persoalan.
“Dunia adalah rumahnya di Hambalang, beberapa loyalis, sesekali beberapa menteri. Dari gelembungnya yang sempit itu dia mencoba melihat Indonesia dan dunia lewat informasi yang disaring para loyalisnya,” ungkapnya.
Lebih jauh, Made menyinggung ketidaktegasan Presiden dalam memenuhi tuntutan demonstran untuk mengganti Kapolri dan mengendalikan aparat.
“Hal yang sebenarnya sama sekali tidak sulit. Institusi Polri itu berada di bawah presiden. Mengapa presiden tidak bisa mengambil alih kepemimpinan Polri?” imbuhnya.