
Dengan hidup yang penuh perjuangan, yang mereka inginkan hanyalah agar sinar matahari musim panas yang menyala tetap bertahan.”
Geum Myeong
Itulah kutipan salah satu serial drama Korea “When Life Gives You Tangerine” yang tayang di Netflix. Drama yang berlatar di Pulau Jeju, Korea Selatan ini punya alur cerita yang kuat, akting keren, dan sinematografi yang ciamik dengan banyak kisahnya yang relate dengan kehidupan nyata.
Tak heran jika drakor ini meraih rekor sebagai drama Korea dengan rating IMDb tertinggi sepanjang masa (9,4) dan memuncaki daftar serial non-Inggris terpopuler di Netflix global, yang mengumpulkan 5,4 juta penayangan pada pekan yang berakhir 6 April 2025. Tapi ini bukan tentang When Life Gives You Tangerine, melainkan Pulau Jeju yang menjadi seting lokasi serial tersebut.
Pekan lalu, saya mewakili Gizmologi bersama sejumlah rekan media dan tech reviewer atas undangan Samsung Electronis Indonesia berkesempatan untuk mengunjungi Pulau Jeju. Sebuah kesempatan yang tidak mungkin untuk dilewatkan ke tempat yang digadang-gadang sebagai Bali-nya Korea Selatan ini.
Sesuai dengan nama acara, Explore Galaxy Way Trip, bersama perangkat Galaxy Z Fold7 ini saya tertantang mengeksplorasi dan menangkap setiap sudut magis Pulau Jeju. Tentu saja, fokus utama kami adalah untuk menguji sejauh mana kemampuan kamera dari perangkat inovatif ini.
Mengenal Pulau Jeju
Jeju merupakan pulau terbesar di Korea Selatan yang posisinya berada di titik paling selatan negara tersebut. Sekaligus menjadi satu-satunya provinsi berotonomi khusus. Pulau Jeju makin populer setelah diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Alam Dunia pada tahun 2007, Taman Geografi Global pada tahun 2010, dan Biosfer Reserve pada tahun 2002. Pengakuan ini diberikan karena keindahan alamnya yang unik, termasuk gunung berapi Hallasan, sistem gua tabung lava, dan keanekaragaman hayatinya. Selain itu, tradisi Haenyeo (penyelam wanita) juga diakui sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO.
Meski cukup jauh dari ibu kota Seoul, pulau ini tetap jadi tujuan wisata populer bagi wisatawan lokal maupun mancanegara karena lanskapnya yang alami dengan pemandangan indah dan petualangan di atraksi alam yang seru.
Tak sedikit yang menyebutnya sebagai Bali-nya Korea Selatan. Pulau Jeju berbeda dengan daratan utama Korea Selatan karena memiliki budaya, dialek, dan tradisi yang unik, seperti tradisi Haenyeo (wanita laut) dan bahasa Jeju yang secara linguistiknya telah berkembang terpisah dari bahasa Korea standar. Selain itu, isolasi geografisnya sebagai pulau telah membentuk identitas sosial dan sosiokultural penduduk Jeju yang berbeda, meskipun mereka adalah warga negara Korea Selatan.
Detail Lanskap Jeju Tertangkap Indah dengan 200MP Camera & FlexCam
Bagi saya yang terbiasa memakai smartphone “batangan”, membawa Galaxy Z Fold7 membawa pengalaman baru dalam mendokumentasikan perjalanan. Kamera 200MP di Galaxy Z Fold7 memiliki kemampuan yang sama dengan smartphone daily driver saya, Galaxy S25 Ultra, karena bisa menangkap detail terkecil.
Ditambah lagi dengan keunggulan FlexCam yang membuat kita punya keleluasaan mengambil foto dengan berbagai angle. Tak perlu repot-repot membawa tripod, terlebih ketika selfie, sangat memudahkan untuk mendapatkan foto yang proper tanpa perlu menerka posisinya di mana dengan kamera utama.
Samsung tidak hanya membekali Z Fold7 dengan hardware canggih, tetapi juga integrasi Google Gemini yang menjadi “asisten” cerdas kami. Saat berada di Dragon Head Rock, kami menggunakan fitur Gemini Live with Camera untuk menunjukkan bebatuan ikonik tersebut dan langsung bertanya tentang asal-usulnya.
Kemampuan Google Gemini terbukti sangat membantu saat kami kehabisan ide. Cukup dengan mengarahkan kamera dan bertanya, kami bisa mendapatkan inspirasi angle foto hingga skrip video pendek untuk Reels Instagram.
Dragon Head Rock
Destinasi pertama kami begitu menginjakkan kaki di Jeju adalah Dragon Head Rock atau Yongduam Rock. Sebuah formasi batu karang di Pulau Jeju, Korea Selatan, yang terkenal dengan bentuknya yang menyerupai kepala naga dan sering menjadi spot populer untuk menikmati pemandangan matahari terbenam dan cerita rakyat setempat.
Di sini, saya bermain-main dengan kemampuan device ini yang tidak hanya unggul meng-capture foto dan video terbaik tetapi juga mampu mengedit foto-foto liburan dengan sangat mudah dan praktis berkat kemampuan Generative Edit yang mengesankan.
Seongsan Ilchulbong
Selanjutnya di hari kedua, treking ke Puncak Seongsan Ilchulbong yang juga dikenal sebagai Sunrise Peak, salah satu destinasi wisata alam paling terkenal di Pulau Jeju. Perlu setidaknya 20 menit kurang lebih untuk sampai ke puncak. Capek tapi terbayarkan dengan pesona Seongsan Ilchulbong yang keren, meski membuat itinerary berantakan karena tertahan hujan, berteduh selama lebih dari 1 jam.
Di sinilah sensor utama Galaxy Z Fold7 yang membawa 200MP Camera benar-benar unjuk gigi. Saat memotret pemandangan dari puncak, detail hamparan laut, tekstur tebing curam, dan hijaunya daratan di bawah sana tertangkap dengan sangat tajam dan kaya warna. Resolusi masif ini bukan gimmick semata. Karena saat melakukan cropping pada foto untuk mencari angle yang lebih menarik di media sosial. Hasilnya, foto tetap tajam dan tidak pecah.
Jeju Mint Glass House
Perjalanan selanjutnya, Jeju Mint Glass House dikenal sebagai bangunan ikonis dengan desain modern berbahan kaca, dikelilingi pemandangan alam Jeju yang menawan. Perpaduan arsitektur futuristik dan lanskap hijau di sekitarnya menciptakan suasana yang unik sekaligus estetik, sempurna untuk jadi latar konten visual.
Kawasan Puncak di Jeju
Di hari ketiga, kami berkunjung ke Osulloc Tea Museum yang ternyata sangat ramai oleh pengunjung, termasuk warga lokal dari kota Jeju. Karena saat itu cuaca di kota sangat panas, sehingga banyak yang short escape ke tempat ini. Kalau di Jakarta, maka Osulloc ini seperti Puncak, di mana letaknya sedikit lebih tinggi dengan panas yang agak berkurang. Di sini terdapat observatorium dengan pemandangan kebun teh, walau tidak sebesar di Puncak Bogor atau Ciwidey Bandung, tapi cukup lah sekadar untuk mendokumentasikan pemandangan.
Tak hanya itu, di sini kita bisa mendapatkan pengalaman menyeluruh tentang teh, mulai dari pameran sejarah dan budaya teh Korea, mencoba berbagai hidangan dan minuman teh matcha artisanal di kafe. Ya, tempat ini rupanya cukup populer untuk menikmati matcha yang sekarang memang sedang digandrungi. Selain itu, kita berbelanja produk teh premium dan suvenir, hingga berfoto di kebun teh hijau yang indah.
Sinchang Windmill
Perjalanan selanjutnya adalah “napak tilas” lokasi syuting K-drama ‘Welcome to Samdal-ri’ di Sinchang Windmill Coastal Road. Saya tidak menonton series ini, sehingga kurang tahu di adegan apa adegan yang diambil di sini. Sinchang Windmill berada di ujung barat Pulau Jeju, menyajikan pemandangan kincir angin yang berjajar di sepanjang jalan dari sebuah ladang angin lepas pantai.
Pemandangan kincir angin putih dan laut berwarna zamrud di sepanjang garis pantai yang berkelok-kelok menawarkan pemandangan yang unik, karena tidak saya temui di Indonesia.
Menikmati sunset di Aewol Street
Aewol Street menjadi pengalaman tak terlupakan bagi wisatawan yang berkunjung ke Korea Selatan. Kawasan pesisir barat Pulau Jeju ini dikenal sebagai salah satu spot terbaik untuk menikmati matahari terbenam, dengan gradasi warna langit oranye keemasan yang berpadu indah dengan lautan biru.
—
Setelah mengeksplorasi berbagai lokasi ikonik di Pulau Jeju, mulai dari keindahan alam, kafe estetis di Aewol, hingga lokasi syuting K-drama, kami berani menyimpulkan bahwa Galaxy Z Fold7 bukan sekadar ponsel lipat biasa. Perangkat ini adalah sebuah creative powerhouse yang sangat andal untuk para traveler dan konten kreator.
Kombinasi sensor 200MP Camera, fleksibilitas dari FlexCam, dan bantuan cerdas dari Google Gemini membuat proses mengabadikan momen perjalanan menjadi lebih mudah, efisien, dan hasilnya jauh lebih maksimal.
Artikel berjudul Mengabadikan Keindahan Pulau Jeju dari Kamera Galaxy Z Fold7 yang ditulis oleh Bambang Dwi Atmoko pertama kali tampil di Gizmologi.id