
FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ada satu kalimat yang menggema dari panggung Indonesia Design Week (IDW) 2025 di Indonesia Design District (IDD) PIK2: “Desainer muda Indonesia bisa bersaing global dengan dukungan yang tepat.”
Ucapan Marva Griffin, pendiri SaloneSatellite, bukan sekadar sambutan basa-basi, melainkan sebuah pengingat sekaligus tantangan.
Griffin bukan sosok sembarangan. Lahir di Venezuela dan besar di Milan, ia dikenal sebagai figur yang membidani SaloneSatellite sejak 1998.
Platform ini menjadi wadah penting bagi desainer muda dunia untuk menunjukkan karyanya dan kini telah melahirkan banyak nama besar di industri desain internasional.
Keberhasilan itu membuktikan bahwa dengan ruang yang jelas, akses pasar, dan dukungan penuh, talenta muda bisa bertransformasi menjadi kekuatan global.
Pesan Griffin di Jakarta perlu dipahami bukan hanya sebagai apresiasi, tetapi juga panggilan aksi. Industri kreatif Indonesia memang tumbuh, tetapi ekosistemnya belum sepenuhnya mapan.
Banyak desainer muda yang lahir dari kampus-kampus desain ternama, namun jalannya sering terhenti karena kurang akses ke industri, minim dukungan dana, atau terbatasnya panggung internasional.
IDW 2025, dengan tema Ideantity, sesungguhnya menjadi momentum penting. Identitas lokal yang kaya dapat menjadi modal besar untuk menembus pasar global. Namun, tanpa dukungan nyata dari pemerintah, institusi pendidikan, dan sektor swasta, identitas itu hanya akan berhenti sebagai slogan.
Seperti yang ditunjukkan Griffin lewat SaloneSatellite, yang dibutuhkan adalah sistem berkesinambungan: kurasi, mentoring, kolaborasi lintas generasi, hingga promosi internasional.