
One cannot communicate: Every behavior is a form of communication. Because behavior does not have a counterpart (there is no anti-behavior), it is impossible not to communicate. Paul Watzlawick mengingatkan bahwa komunikasi adalah sesuatu yang tidak bisa kita hindari, bahkan ketika memilih diam.
Oleh: Adekamwa – Humas Pusjar SKMP LAN
Kini, di dunia digital yang selalu terkoneksi, kalimat itu mendapat makna baru. Setiap orang bukan sekadar pengguna, tetapi penyiar wacana. Di media sosial dari TikTok hingga WhatsApp, setiap postingan, komentar, atau siaran langsung menjadi bagian dari arus informasi yang tak pernah berhenti.
Siapkah demokrasi kita menghadapi arus komunikasi yang terus bergerak ini dan bagaimana kita menjaga wacana tetap bermartabat di tengah derasnya hiburan digital?
Jawaban atas pertanyaan itu tidak sederhana. Karena ruang publik digital bukan hanya arena ekspresi, melainkan juga wadah tempat nilai, opini dan narasi bertemu. Bagi sebagian orang, media sosial menjadi panggung demokratisasi informasi, bagi sebagian lain, tak ubahnya pasar malam yang riuh dan sulit memilah mana suara, mana sekadar kebisingan.
Penulis melihat di titik ini bahwa demokrasi kita sedang menghadapi ujian yang lebih kompleks daripada sekadar persoalan teknis komunikasi.
Pekan lalu, publik dikejutkan dengan larangan live streaming aksi unjuk rasa melalui media sosial, terutama TikTok, yang dikeluarkan Polda Metro Jaya. Larangan itu berlaku pada unjuk rasa buruh di gedung DPR/MPR pada Kamis, 28 Agustus 2025. Polisi menilai metode siaran langsung rawan disalahgunakan oleh oknum yang menyebarkan provokasi atau bahkan mencari keuntungan pribadi lewat gift virtual dari penonton.