Jakarta, Gizmologi – Kaspersky hadirkan game Case 404 khusus untuk para Gen Z agar paham tentang keamanan siber saat ini yang bisa menyerang berbagai kalangan. Para Gen Z sejak usia dini telah tumbuh dengan lanskap digital yang memiliki risiko ancaman siber.
Apalagi, mereka sering menggunakan media sosial, belanja daring, yang merupakan dua target platform penyerangan siber. Pada game interaktif Case 404, pemain akan berperan sebagai detektif AI yang menyelidiki kejahatan digital.
Dengan peluncuran game barunya, Kaspersky menyoroti bagaimana penjahat siber mengubah kebiasaan daring Gen Z menjadi vektor serangan dan menawarkan kiat praktis untuk mengubah kewaspadaan menjadi ketahanan digital. Berikut beberapa yang dibahas dalam game Case 404.

Baca Juga: Kaspersky: Kekebalan Siber Jadi Strategi Baru Hadapi Ancaman Digital di Asia Pasifik
Game Case 404 Bisa Diakses Lewat Browser

Case 404 membantu pemain mengenali bagaimana kebiasaan daring mereka sehari-hari. Mulai dari berbelanja hingga berbagi berlebihan (oversharing) dapat menjadi titik masuk bagi ancaman siber.
Generasi Z menghadapi fenomena yang disebut iDisorder, yaitu kondisi di mana kemampuan otak untuk memproses informasi berubah karena terlalu sering terpapar teknologi. Obsesi terhadap teknologi ini dapat mengakibatkan gangguan psikologis, fisik, dan sosial, termasuk depresi dan kecemasan.
Hal ini dibuktikan oleh penelitian publik yang menyebutkan satu dari tiga orang berusia 18 hingga 24 tahun kini melaporkan gejala yang menunjukkan bahwa mereka telah mengalami masalah kesehatan mental tersebut.
Itulah sebabnya mereka beralih secara ekstensif keperangkat digital seperti platform teleterapi dan pelacak kesehatan mental untuk meredakan stres. Namun, platform ini menyimpan informasi pribadi yang sangat sensitif, termasuk kondisi emosional, catatan terapi, dan rutinitas pengguna. Jika terjadi pelanggaran, data ini dapat dimanfaatkan untuk pemerasan atau phishing.
Bagi Gen Z, berbagi momen kehidupan secara daring adalah hal yang lumrah. Platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Snapchat dipenuhi dengan swafoto yang diberi tag geografis, pembaruan harian, dan kisah pribadi.

Namun, berbagi secara terus-menerus ini menciptakan jejak digital yang luas yang dapat dimanfaatkan oleh penjahat siber untuk pencurian identitas atau serangan rekayasa sosial. Kaspersky mengatakan berbagi berlebihan dapat secara tidak sengaja mengungkapkan detail sensitif, mulai dari alamat rumah di latar belakang foto hingga rutinitas yang membuat pengguna dapat diprediksi.
Bahkan konten yang tampaknya tidak berbahaya, seperti foto pasangan atau hewan peliharaan mereka, dapat memberikan petunjuk untuk pertanyaan pemulihan kata sandi. Lalu adanya tren FOMO (Fear of Missing Out) akan hadirnya produk baru, konser dan acara juga dimanfaatkan oleh para pelaku kejahatan.
Gen Z yang FOMO tentunya bisa saja mengklik berbagai tautan yang berkaitan dengan hal baru yang sedang populer tanpa tahu link tersebut sudah terverifikasi atau tidak sama sekali. Penjahat siber memanfaatkan urgensi ini dengan membuat skema phishing clickbait, yang mengarahkan pengguna ke situs berbahaya yang mencuri kredensial login atau mendistribusikan malware. Tiket acara palsu, penipuan pre-order, dan bocornya informasi orang dalam hanyalah segelintir taktik yang digunakan untuk memanipulasi ketakutan ini.
Ketertarikan Gen Z terhadap budaya awal 2000-an, mulai dari estetika Y2K hingga permainan anak-anak juga perlu diperhatikan. Estetikan Y2K telah menghidupkan kembali minat terhadap judul-judul retro seperti The Sims 2, Barbie Fashion Designer, dan Bratz Rock Angelz.
Meskipun permainan-permainan ini membangkitkan nostalgia, pencarian unduhan tidak resmi sering kali mengarahkan pengguna ke situs-situs yang dipenuhi malware. Penjahat siber menargetkan minat khusus ini dengan menanamkan perangkat lunak berbahaya ke dalam berkas-berkas permainan palsu.

Selain itu, kejahatan siber yang bisa menargetkan Gen Z juga bisa datang pada fast fashion. Merek seperti Shein, ASOS, dan Fashion Nova memberikan keterjangkauan dan kepuasan instan, menjadikannya barang pokok bagi generasi ini.
Namun, daya tarik merek-merek ini hadir dengan sisi gelap. Situs web belanja palsu, kode promo palsu, dan iklan phishing memanfaatkan popularitasnya, dengan membuat tiruan meyakinkan untuk memikat pengguna agar memasukkan detail sensitif mereka. Semakin tinggi keterlibatan dalam belanja daring, semakin tinggi risiko menghadapi situs web palsu dan penipuan phising yang membahayakan informasi pribadi dan keuangan.
Untuk game Case 404 hadir dalam bentuk website dan mudah diakses. Kamu bisa klik link game Case 404 di sini.
Artikel berjudul Game Case 404, Uji Paham Keamanan Siber untuk Gen Z yang ditulis oleh Zihan Fajrin pertama kali tampil di Gizmologi.id
