
FAJAR.CO.ID — Pertemuan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka dengan delapan orang beratribut ojol dinilai penuh rekayasa dan pencitraan. Alih-alih percaya pada delapan orang yang disebut perwakilan ojol, publik malah curiga orang-orang dalam pertemuan itu adalah intel dan buzzer alias pendengung yang dekat dengan Gibran.
Gibran pun dinilai blunder dengan mengumpulkan sekelompok orang yang diklaim sebagai pengemudi ojek online. Langkah Gibran mengumpulkan pengemudi ojol pada Minggu (31/8) untuk meredakan tensi pasca-aksi demonstrasi besar, justru berubah menjadi polemik.
Betapa tidak, dari hasil penelusuran di media sosial, publik mencurigai orang-orang yang hadir dalam pertemuan dengan Gibran. Keaslian sosok yang diklaim sebagai pengemudi ojol dan dihadirkan untuk bertemu dengan Gibran, malah diragukan keasliannya sebagai driver ojol.
Ketua Umum Asosiasi Pengemudi Ojek Online (Ojol) Garda Indonesia, Raden Igun Wicaksana, menilai pertemuan para pengemudi beratribut ojol, bukan bagian dari asosiasinya. Ia menyebut, ada rekayasa di balik pertemuan tersebut.
“Kalau dari kami, kami menilai bahwa yang datang menghadiri undangan dari Wapres atau RI 2, menemui RI 2 itu bukan dari kami asosiasi, dan juga kami menilai ini ada rekayasa dari pihak-pihak seperti perusahaan aplikasi maupun pihak lainnya yang ingin membelokan aspirasi dan tuntutan dari para pengemudi ojek online,” kata Igun dihubungi JawaPos.com, Selasa (2/9).
Spekulasi semakin liar ketika warganet di platform X dan Facebook menemukan kejanggalan lain. Seorang pria bertubuh besar dengan jaket Maxim disebut-sebut bukanlah pengemudi ojol, melainkan intel polisi.