
Gaya bekerja mobile menjadi salah satu “penggerak” peran tablet yang berfungsi sebagai sebuah pengganti laptop. Maka dari itu, tak heran bila ada beberapa pilihan yang bahkan membawa dimensi layar sebesar laptop. Termasuk Samsung Galaxy Tab S10 FE+ yang punya bidang layar 13 inci, hadir komplit bersama stylus dan keyboard, beri impresi kuat sebagai laptop replacement.
Sesuai namanya, tablet Samsung berlayar besar satu ini hadir sebagai alternatif dalam harga sedikit lebih murah dibandingkan penawaran terbaiknya—yang baru saja mendapatkan update lewat Galaxy Tab S11 Series. Ada beberapa aspek yang disederhanakan seperti sektor chipset hingga kelengkapan fitur AI, namun tetap tampil dalam desain unibodi stylish, bahkan tetap membawa IP rating tahan air.
Setelah menggunakannya selama beberapa pekan, saya merasa tablet Android Samsung satu ini memang bisa berikan pengalaman komplit, namun sepertinya ada beberapa aspek yang bisa disesuaikan, supaya kesan “Fan Edition” bisa lebih terasa—termasuk lebih terjangkau. Berikut review Samsung Galaxy Tab S10 FE+ selengkapnya.
Desain
Terlihat premium, terasa premium, bahkan tahan air. Desain Samsung Galaxy Tab S10 FE+ kurang lebih masih dirancang mirip seperti versi yang lebih tinggi. Ketebalannya hanya 6mm, menggunakan bingkai dan bodi belakang aluminium unibodi. Sehingga walaupun tipis, tetap berikan kesan kokoh atau solid saat dipegang dan digunakan.
Bobotnya berkisar 664 gram, yang secara teori masih lebih berat dibandingkan iPad Air 13 inci (616 gram). Namun mungkin berkat profil sedikit lebih tipis, dan bodi yang lebar, selama menggenggam saya justru merasa Samsung Galaxy Tab S10 FE+ lebih ringan. Begitu pula ketika dipasangkan bersama keyboard, meski memang material aksesorinya tidak se-premium Magic Keyboard (yang juga tergolong mahal).
Dan menjadi sebuah tablet, aksesori seperti keyboard bisa kamu lepas ketika tidak digunakan, memberikan nilai plus tersendiri untuk Samsung Galaxy Tab S10 FE+ dengan layar yang seluas laptop, namun lebih praktis saat digunakan dalam mode tablet-only saja. Bisa dibawa bepergian lebih ringkas, dan ketika butuh fungsi ketik-ketik yang lebih proper, tinggal sambungkan dengan keyboard cover atau keyboard nirkabel lainnya.
Sertifikasi IP68 juga tetap dibawa ke Samsung Galaxy Tab S10 FE+, dan selama masa pengujian, standar ini benar-benar tidak saya butuhkan. Rasanya standar yang nice-to-have pada sebuah tablet flagship, tidak perlu dibawa ke sebuah tablet versi “FE”. Andai tergantikan dengan banderol harga lebih terjangkau, pasti akan lebih memikat. Setuju tidak? Meski memang saya bisa paham, kalau Samsung ingin berikan pengalaman flagship pada varian FE, sehingga baik dari segi desain maupun proteksi ekstra, Samsung Galaxy Tab S10 FE+ tetap membawa semuanya.
Layar
Tidak banyak tablet Android yang tersedia dalam dimensi layar super besar, dan Samsung memang sudah secara konsisten berikan opsi tersebut, tak hanya pada versi flagship saja. Kalau S10 FE biasa berukuran 10,9 inci, layar Samsung Galaxy Tab S10 FE+ mencapai 13,1 inci. Sedikit lebih besar dari Xiaomi Pad 6s Pro, maupun iPad Air M3 13 inci (selisih 0,1 inci aja, sih).
Samsung gunakan panel IPS LCD yang berkualitas, dengan saturasi hingga kontras mendekati panel OLED, serta tingkat kecerahan yang masih sangat aman digunakan di luar ruangan dalam kondisi siang hari. Oh ya, rasionya 16:10 ya, tidak mendekati kotak seperti milik Xiaomi dan Apple. Punya nilai lebih dan kekurangan tersendiri.
Kekurangannya? Kalau dipegang dalam mode portrait, terasa terlalu tinggi dan besar. Tapi saat digunakan dalam posisi landscape, terasa lebih lega untuk jalankan dua aplikasi bersebelahan. Saat streaming film juga rasionya jadi lebih pas, dan karena lebar, keyboard cover jadi bisa hadirkan ukuran tombol yang juga nyaman (walaupun belum ada touchpad dan lampu backlit, plus dijual terpisah).
Yang termasuk ke dalam paket penjualan, adalah S Pen untuk Samsung Galaxy Tab S10 FE+. Aksesori ini bisa ditempelkan secara magnetik pada bodi belakang perangkat, dan punya akurasi maupun tingkat tekanan setara stylus tablet premium lainnya. Refresh rate 90Hz juga menurut saya sudah lebih dari cukup—lebih tinggi dari iPad Air yang masih 60Hz, meski memang tak setinggi kompetitor tablet Android lain yang sudah mencapai 144Hz.
Kamera
Ya, bodi belakangnya terlihat lebih polos bukan? Karena kamera Samsung Galaxy Tab S10 FE+ kini hanya dilengkapi dengan satu sensor saja di sisi belakang, beresolusi 13MP f/2.0 dan tak lagi membawa sensor ultra-wide. Menurut saya pribadi, memang kurang begitu penting, dan lebih baik dikurangi demi menekan harga. Setidaknya, kamera selfie 12MP di depan, sudah ultra-wide untuk kebutuhan meeting virtual.
Fitur kameranya bahkan tergolong lengkap, termasuk mode Pro, Pro Video, mode malam, mode makanan, sampai hyperlapse. Terkait video, kamera Samsung Galaxy Tab S10 FE+ punya opsi perekaman 4K 30fps baik dari sisi depan maupun belakang. Sayangnya, belum ada opsi 60fps, termasuk pada resolusi yang diturunkan.
Memanfaatkan software, mode portrait pada Samsung Galaxy Tab S10 FE+ hanya mendukung obyek manusia saja. Namun dalam berbagai kondisi pencahayaan termasuk indoor, bisa hasilkan gambar yang lebih dari cukup dalam sebuah tablet—meski dalam beberapa skenario, masih terasa di bawah smartphone kelas menengah. Setidaknya detail dan warna cukup, dan kamera selfie-nya bisa diandalkan untuk kebutuhan Zoom sampai Google Meet.
Fitur
Tentunya Samsung Galaxy Tab S10 FE+ hadir membawa tampilan antarmuka sistem operasi Android paling matang dalam sebuah tablet, lewat One UI berbasis Android 15 yang siap mendapat dukungan hingga 6 tahun pembaruan OS maupun keamanan rutin. Kamu juga bisa menikmati tampilan a-la desktop menggunakan Samsung DeX, bisa diaktifkan lewat pintasan cepat.
Umumnya, ketika saya menggunakan tablet di luar kamar, DeX selalu aktif agar bisa akses banyak aplikasi lebih leluasa dalam ukuran jendela berbeda, terlebih dengan keyboard tambahan. Sementara saat sedang butuh hiburan, tanpa DeX terasa lebih simpel untuk akses aplikasi seperti platform streaming favorit, atau split screen akses Google Chrome dan media sosial seperti X.
Oh ya, walaupun di aksesori keyboard disematkan logo mirip Galaxy AI, Samsung Galaxy Tab S10 FE+ belum punya fitur AI sekomplit dan sebaik Galaxy S Series terbaru. Object eraser hadir, namun tanpa kemampuan generatif terbaru. Tak ada opsi meringkas dokumen, namun ada opsi transkrip dari hasil rekaman suara, plus Math Solver yang bisa membantu perhitungan matematika dari tulisan tangan secara otomatis.
Pintasan untuk Circle to Search maupun Gemini juga tentu tersedia, bisa membantu ketika kamu sedang melakukan riset mendalam. Bagaimana dengan kualitas audionya? Untuk tablet dalam ukuran dan segmen harga yang disasar, speaker Samsung Galaxy Tab S10 FE+ tergolong biasa saja. Memang sudah tergolong lantang, namun masih banyak kompetitor yang bisa berikan kejernihan lebih baik, lewat jumlah speaker yang juga lebih banyak.
Performa
Kalau dari segi desain tak begitu terlihat, aspek performa menjadi salah satu bagian yang paling “dirampingkan”. Samsung Galaxy Tab S10 FE+ mengusung cip Exynos 1580 octa-core 4nm yang sama seperti pada Galaxy A56 5G. Dipasangkan dengan kapasitas RAM sampai 12GB, chipset dalam tablet Android layar leg aini punya tugas yang lebih berat dibandingkan saat disematkan ke dalam smartphone.
Mengingat, dimensi layar jauh lebih luas, jumlah piksel layar lebih tinggi, dan tendensi pengguna untuk jalankan lebih dari dua aplikasi sekaligus lebih tinggi. Lantas apakah performanya jadi kurang baik? Well, performa Samsung Galaxy Tab S10 FE+ sesuai dengan ekspektasi awal saya. Skenario penggunaan ringan sebagai perangkat hiburan sudah jauh lebih dari cukup, begitu pula untuk bermain gim kasual.
Namun ketika kamu jalankan lebih dari dua aplikasi sekaligus, baik dalam mode standar maupun DeX, akan menemukan beberapa momen dengan efek stutter atau transisi yang kurang mulus. Untungnya sih tidak membuatnya melambat signifikan, hanya saja animasinya sedikit patah-patah. Masih tetap aman untuk menunjang produktivitas atau edit video, hanya saja tak dapat dipungkiri, rasanya banyak tablet di segmen harga serupa bisa tawarkan performa lebih kencang.
Baterai
Karena dimensi perangkat tergolong besar alias lebar, maka wajar bila Samsung mampu sematkan kapasitas daya yang juga besar. Ya, baterai Samsung Galaxy Tab S10 FE+ mencapai 10,090 mAh. Dipadukan dengan chipset kelas menengah dan layar yang “hanya” 90Hz, tentu berkontribusi positif pada masa pakainya. Untuk penggunaan yang lebih intensif seharian penuh, tetap aman walau banyak multitasking dan terus menyalakan layar luasnya.
Kabar baik lainnya, waktu standby tergolong optimal, sehingga Gizmo friends tak perlu takut daya Samsung Galaxy Tab S10 FE+ tiba-tiba kehabisan setelah lama tak digunakan—mungkin pengecualian dalam varian dengan konektivitas 5G ya, tentu konsumsi daya sedikit lebih tinggi. Dalam skenario penggunaan ringan, juga tergolong memuaskan, di mana saya hanya perlu isi daya sekitar 2-3 kali dalam sepekan.
Lewat baterainya yang besar, Samsung Galaxy Tab S10 FE+ juga membawa kecepatan isi daya yang lebih ngebut dari iPad, tetapi mungkin masih jauh di bawah kompetitor lain seperti Honor, Huawei, hingga Xiaomi. Dukungan fast charging 45W membuat saya perlu menunggu sampai lebih dari dua jam, untuk isi daya dari hampir habis sampai penuh. Yah setidaknya 15-20 menit pengisian, sudah cukup untuk penggunaan ringan seharian.
Kesimpulan
Untuk sebuah tablet berlayar sangat besar dengan fitur komplit dan stylus S Pen yang sudah termasuk ke dalam paket penjualan, sulit untuk menemukan kompetitor yang benar-benar setara dengan Samsung Galaxy Tab S10 FE+. Baik Huawei dan Xiaomi punya opsi lebih terjangkau dengan value sama, namun dalam dimensi layar rentang 11-12 inci saja. Sementara iPad Air, meski jauh lebih kencang, juga terhitung jauh lebih mahal.
Kecuali Gizmo friends benar-benar perlu sebuah layar 13,1 inci, rasanya memilih Galaxy Tab S10 FE tanpa Plus juga bisa menjadi pertimbangan. Dengan selisih harga yang lumayan, namun masih tetap bawa desain premium tahan air dan kemudahan Samsung DeX.
Artikel berjudul Review Samsung Galaxy Tab S10 FE+: Pengalaman Komplit dalam Layar Besar, Masih Best Value? yang ditulis oleh Prasetyo Herfianto pertama kali tampil di Gizmologi.id