https://twitter.com/Cyriljuniorr/status/1936638293984092539
Sebelumnya, Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, telah memberikan peringatan keras kepada AS. Dalam pidatonya pada Rabu (18/6), Khamenei mengatakan bahwa jika AS turut campur secara militer dalam konflik antara Iran dan Israel, maka kerugiannya akan sangat besar dan tak bisa diperbaiki.

Namun peringatan tersebut tampaknya diabaikan. Presiden AS Donald Trump mengumumkan bahwa militer AS kini secara resmi bergabung dengan Israel untuk menyerang Iran. Trump mengklaim serangan ke tiga fasilitas nuklir—Fordo, Natanz, dan Isfahan—berhasil menghancurkan target sepenuhnya.
“Kami telah menyelesaikan serangan yang sangat sukses terhadap tiga situs nuklir di Iran,” tulis Trump di Truth Social pada Sabtu (21/6).
Setelah serangan itu, Israel langsung meningkatkan status siaga nasional. Pemerintah Israel menangguhkan aktivitas pendidikan, melarang pertemuan publik, dan menghentikan pekerjaan-pekerjaan yang tidak penting untuk sementara waktu.
Baca juga: Ramai di Media Sosial: Lonjakan Pesanan Pizza Jadi Tanda Serangan Israel ke Iran?
Trump juga mengeluarkan ancaman keras kepada Iran agar tidak membalas. Ia mengatakan bahwa bila Iran melakukan serangan balasan, maka negara itu akan menghadapi “tragedi yang belum pernah terjadi sebelumnya”.
“Iran sekarang harus memilih damai. Jika tidak, serangan di masa depan akan jauh lebih besar dan lebih mudah dilakukan,” tegas Trump dalam pernyataan resmi yang disiarkan secara nasional.
Trump menggambarkan Iran sebagai “negara penindas” di Timur Tengah dan memperingatkan bahwa konflik tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Menurutnya, hanya ada dua pilihan: perdamaian atau kehancuran yang lebih besar bagi Iran.
Pernyataan dari Iran bahwa semua warga dan militer AS di kawasan kini jadi sasaran menambah kecemasan global. Situasi ini menciptakan ketegangan baru dan meningkatkan risiko konflik berskala besar di kawasan Timur Tengah.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(dwk)
