Dalam ajang teknologi Snowflake Summit 2025 yang berlangsung di San Francisco, California, Altman menggambarkan kemampuan AI coding assistant saat ini sebagai seorang pekerja magang. Artinya, AI tersebut sudah bisa membantu tugas-tugas teknis tertentu, tetapi belum sepenuhnya mampu menggantikan peran developer profesional. Namun, Altman optimistis bahwa dalam waktu dekat, asisten AI ini akan berkembang menjadi selevel insinyur perangkat lunak berpengalaman yang dapat bekerja secara mandiri dan efisien.
“AI coding assistant saat ini seperti pekerja magang yang dapat bekerja selama beberapa jam, tetapi nanti akan menjadi seperti software engineer profesional yang bisa menangani proyek selama berhari-hari,” ungkap Altman.

Pernyataan ini memberikan gambaran tentang masa depan pemrograman yang akan mengalami transformasi besar-besaran. Tidak hanya sekadar perubahan alat bantu, tetapi juga perubahan cara berpikir, bekerja, dan mengelola proyek digital.
Apa Itu AI Coding Assistant?
Sebelum kita membahas lebih dalam, mari kita pahami dulu apa itu AI coding assistant. Secara sederhana, AI coding assistant adalah alat berbasis kecerdasan buatan yang dirancang untuk membantu proses pengkodean atau pemrograman. Alat ini dapat menyarankan potongan kode, melengkapi baris program, memperbaiki bug, serta membantu menyusun logika algoritma berdasarkan input pengguna.
Beberapa contoh AI coding assistant yang sudah populer di dunia developer saat ini adalah GitHub Copilot, Amazon CodeWhisperer, dan tentunya ChatGPT dengan kemampuan pemrogramannya. Alat-alat ini semakin banyak digunakan oleh programmer untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan sintaksis, hingga mempercepat waktu pengembangan aplikasi.
Namun menurut Altman, apa yang kita lihat hari ini baru tahap awal. AI saat ini masih membutuhkan banyak supervisi dari manusia, seperti halnya seorang magang. Tapi ke depannya, ia bisa menjadi “rekan kerja” yang mandiri.
Baca Juga : Meta Cari Ahli AI, Zuckerberg Tawarkan Gaji Fantastis hingga Rp 13 Miliar per Bulan
Menuju Era Agentic AI
Altman juga menyinggung soal masa depan yang dipenuhi oleh agentic AI—yakni AI yang tidak hanya merespons perintah, tapi juga mampu mengambil keputusan secara mandiri. Dalam konteks AI coding assistant, ini berarti sistem AI bisa merancang arsitektur software, menyusun solusi atas masalah teknis, dan bahkan mengevaluasi performa kode secara otomatis.
Agentic AI akan memiliki pemahaman konteks yang lebih baik terhadap proyek yang sedang dikerjakan. Misalnya, ia tidak hanya menuliskan kode berdasarkan perintah singkat seperti “buat halaman login dengan autentikasi”, tetapi juga bisa mempertimbangkan aspek keamanan, kompatibilitas dengan sistem backend, serta pengalaman pengguna (UX).
Bayangkan jika AI bisa memimpin sprint pengembangan, menyesuaikan backlog, hingga menulis dokumentasi teknis tanpa banyak campur tangan manusia. Inilah yang dimaksud Altman dengan transisi dari “magang” menjadi “profesional”.
Dampak pada Profesi Software Engineer
Dengan kehadiran AI yang semakin pintar, mungkin banyak yang akan mempertanyakan, apakah pekerjaan sebagai developer atau software engineer akan hilang?
Menurut Altman, tidak. Namun perannya akan berubah. Para software engineer akan dituntut untuk naik kelas, bukan lagi sekadar menulis baris demi baris kode, tapi menjadi pemikir strategis, manajer proyek AI, dan pengawas etika penggunaan teknologi.
Artinya, AI coding assistant akan mengambil alih tugas-tugas rutin dan teknis, sementara manusia berfokus pada hal-hal yang lebih kompleks seperti desain sistem, keamanan siber, skalabilitas, dan interaksi antarmanusia.
Baca Juga : Bikin Konten Estetik dengan AI, Adobe Firefly Kini Hadir di Android & iOS
Perbedaan Pandangan: Antara Optimisme dan Kekhawatiran
Meski Altman cukup optimis dengan masa depan AI coding assistant, tidak semua tokoh teknologi sepemikiran. Dario Amodei, CEO dari perusahaan AI Anthropic, memberikan pandangan yang lebih skeptis.
Dalam wawancaranya dengan media Axios, Amodei menyampaikan prediksi bahwa dalam lima tahun ke depan, AI bisa menghapus hingga 50 persen pekerjaan kerah putih tingkat pemula. Menurutnya, ini bisa menyebabkan lonjakan angka pengangguran di Amerika Serikat, bahkan hingga 20 persen.
Ia menegaskan bahwa produsen teknologi seperti dirinya memiliki tanggung jawab moral untuk berkata jujur tentang potensi disrupsi ini. “Kenyataan ini terdengar gila, dan banyak orang tidak percaya. Tapi ini adalah arah yang sedang terjadi,” ujarnya.
Pernyataan Amodei mendapat tanggapan keras dari CEO Nvidia, Jensen Huang. Dalam ajang Viva Technology 2025 di Paris, Huang mengatakan bahwa ia sangat tidak setuju dengan hampir semua pendapat Amodei.
Menurutnya, ketakutan soal hilangnya pekerjaan secara besar-besaran akibat AI terlalu dibesar-besarkan. Huang menyebut bahwa AI bukanlah ancaman yang harus dikembangkan secara diam-diam dan terbatas, melainkan teknologi yang harus dibangun secara terbuka dan kolaboratif.
Jika dikembangkan secara bertanggung jawab, AI termasuk AI coding assistant, bukan hanya akan menjaga efisiensi kerja, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru di bidang-bidang yang sebelumnya belum ada, seperti pelatih AI, arsitek sistem cerdas, dan pengembang solusi etis.
AI Bukan Ancaman
Dengan semua diskusi ini, satu hal menjadi jelas bahwa AI coding assistant bukan musuh, tapi mitra. Teknologi ini akan menjadi alat bantu utama bagi developer masa depan, mempercepat proses pengembangan, dan meningkatkan akurasi dalam membangun software.
Tentu saja, setiap revolusi teknologi pasti membawa perubahan. Seperti saat komputer menggantikan mesin tik, atau internet menggantikan surat menyurat manual, AI akan mengubah cara kerja kita. Yang terpenting adalah bagaimana kita beradaptasi dan menggunakan teknologi tersebut dengan bijak.
Pernyataan Sam Altman bahwa AI coding assistant saat ini masih magang tetapi akan segera menjadi profesional adalah refleksi dari kemajuan pesat di dunia kecerdasan buatan. Kita sedang menyaksikan pergeseran besar dalam cara manusia bekerja dan berinovasi.
AI coding assistant saat ini memang masih belajar, masih butuh supervisi, dan sering kali butuh dikoreksi. Tapi beberapa tahun ke depan, mereka akan menjadi partner kerja yang andal, bisa diandalkan selama 24 jam, dan terus belajar tanpa henti.
Bagi developer dan pelaku industri teknologi, tantangannya bukan untuk melawan perubahan ini, melainkan untuk memeluknya dengan kesiapan, keterampilan baru, dan semangat kolaboratif.
Karena, di masa depan, yang mampu bekerja bersama AI lah yang akan tetap relevan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(fnf)
