Akan Beroperasi 2027, Uni Emirat Arab Bangun Kota AI di Abu Dhabi

Uni Emirat Arab (UEA) kembali membuat langkah ambisius menuju masa depan berbasis teknologi. Negara kaya minyak di kawasan Teluk ini resmi mengumumkan rencana pembangunan kota berbasis kecerdasan buatan (AI) di Abu Dhabi, yang ditargetkan mulai beroperasi pada tahun 2027. Proyek ini disebut sebagai salah satu yang paling ambisius di dunia karena akan mengintegrasikan seluruh layanan publik dan swasta dalam satu sistem AI terpadu.

Pemerintah UEA menggandeng dua perusahaan teknologi, yakni Synapsia dari Italia dan Bold Technologies dari UEA sendiri, untuk mewujudkan proyek senilai 2,5 miliar dolar AS atau sekitar Rp 40,7 triliun tersebut.

Aion Sentia Digandeng Uni Emirat Arab Bangun Kota AI

Nama sistem AI yang akan mengendalikan kota ini adalah Aion Sentia. Teknologi ini dirancang untuk mengelola berbagai aspek kehidupan masyarakat, mulai dari transportasi otomatis, manajemen energi, pencahayaan publik, hingga layanan rumah pintar dan kesehatan berbasis AI. Sistem ini juga akan didukung oleh mesin kecerdasan buatan bernama MAIA, yang dikembangkan oleh Synapsia.

Sekilas Info

Dengan sistem ini, semua fungsi kota akan diatur secara otomatis dan terkoordinasi oleh AI. Lalu lintas, lampu jalan, pengelolaan limbah, hingga layanan darurat akan bekerja berdasarkan data real-time yang dikumpulkan dan dianalisis setiap detik. Kota akan belajar dari kebiasaan penduduknya, dan menyesuaikan diri untuk menciptakan efisiensi dan kenyamanan maksimal.

Menurut CEO My Aion Inc, Daniele Marinelli, salah satu contoh kecil dari kemampuan kota ini adalah bagaimana AI bisa mengetahui preferensi seseorang, seperti restoran favorit, lalu otomatis memesankan tempat makan untuk merayakan ulang tahun — tanpa pengguna harus memintanya terlebih dahulu.

Dari Smart City ke Cognitive City

Berbeda dari konsep “smart city” yang selama ini hanya berfokus pada pemanfaatan teknologi digital dan sensor, proyek ini mengusung gagasan Cognitive City. Artinya, kota tidak hanya terhubung dengan teknologi, tetapi juga mampu berpikir, belajar, dan membuat keputusan sendiri berdasarkan data yang terkumpul.

Dalam pernyataan resmi Synapsia pada Maret 2025, disebutkan bahwa kota yang akan dibangun di Abu Dhabi ini merupakan langkah awal dari visi mereka untuk mengembangkan jaringan kota otonom di seluruh dunia, yang dikelola oleh AI generatif.

Kota AI ini tidak hanya dibuat untuk efisiensi, tetapi juga untuk menciptakan pengalaman hidup yang lebih personal, lebih nyaman, dan lebih berkelanjutan bagi setiap penduduknya. Misalnya, sistem transportasi yang bisa langsung mengirim kendaraan ke depan rumah saat tahu seseorang akan berangkat kerja, atau sistem keamanan yang bisa mengidentifikasi ancaman sebelum terjadi masalah.

Baca Juga : Smart City: Menimbang Manfaat dan Tantangan Penerapan Kota Pintar

Daya Tarik Baru di Luar Minyak

Pembangunan kota AI ini juga menjadi bagian dari strategi besar UEA dalam mengurangi ketergantungan pada ekspor minyak. Negara-negara Teluk, termasuk Arab Saudi, kini berlomba-lomba mengembangkan sektor nonmigas, terutama teknologi dan inovasi, untuk menghadapi era pasca-energi fosil.

UEA secara terbuka menyatakan ambisinya untuk menjadi pemimpin global dalam pengembangan AI. Sheikh Tahnoon bin Zayed Al Nahyan, yang menjabat sebagai Penasehat Keamanan Nasional UEA, aktif mendorong kolaborasi internasional, termasuk menarik investor dari Amerika Serikat dan Eropa untuk mendukung infrastruktur AI nasional mereka.

Arab Saudi sendiri juga sedang membangun kota futuristik bernama Neom, yang akan dikelola dengan sistem AI, menunjukkan bahwa kawasan ini serius dalam menjadikan teknologi sebagai pilar pembangunan jangka panjang.

Dukung Kerja Sama Internasional

Dalam kunjungan Presiden AS Donald Trump ke Timur Tengah awal tahun ini, kecerdasan buatan menjadi salah satu agenda utama. Dalam pertemuan bilateral, AS dan UEA menyepakati kerja sama strategis untuk mendirikan kampus AI terbesar di luar wilayah Amerika Serikat.

Kesepakatan tersebut juga menghapus pembatasan sebelumnya yang melarang UEA mengakses chip canggih buatan AS, yang sebelumnya diberlakukan karena kekhawatiran potensi kebocoran teknologi ke China.

Langkah ini menunjukkan bahwa AI kini menjadi arena baru dalam persaingan global, tidak hanya antara negara-negara besar seperti AS dan China, tetapi juga bagi negara-negara berkembang yang ingin menjadi pemain utama melalui jalur alternatif.

Meski pembangunan tahap pertama akan berlangsung di Abu Dhabi, pemerintah UEA menyatakan bahwa proyek ini dirancang untuk bisa diadaptasi oleh kota-kota lain di seluruh dunia. Namun, belum ada rincian resmi mengenai negara atau wilayah mana saja yang akan menjadi target ekspansi selanjutnya.

Jika uji coba kota AI di Abu Dhabi berhasil, besar kemungkinan model ini akan ditawarkan ke negara-negara berkembang yang tengah mencari solusi cepat dan efisien untuk urbanisasi, seperti di Afrika, Asia Selatan, hingga Amerika Latin.

Baca Juga : Iran Tutup Akses Internet ke Internasional untuk Cegah Perang Dunia Maya

Tantangan dan Harapan

Meski terdengar futuristik dan menjanjikan, membangun kota yang sepenuhnya bergantung pada AI tentu memiliki tantangan besar. Mulai dari perlindungan data pribadi, etika penggunaan teknologi, hingga kesenjangan digital yang bisa muncul jika tidak dikelola dengan hati-hati.

UEA sendiri memiliki struktur pemerintahan yang cukup terpusat, sehingga proses pengambilan keputusan dan regulasi teknologi bisa berjalan lebih cepat dibanding negara demokrasi besar. Namun, tetap dibutuhkan transparansi dan mekanisme pengawasan untuk memastikan bahwa teknologi tidak digunakan secara sewenang-wenang atau melanggar hak individu.

Meski begitu, optimisme tetap tinggi. Dengan investasi besar dan dukungan penuh dari pemerintah, proyek ini bisa menjadi contoh nyata bagaimana kecerdasan buatan dapat digunakan untuk membentuk kota masa depan yang lebih manusiawi, efisien, dan berkelanjutan.

Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.

(fnf)

Sekilas Info