Baca juga: Mengenal STSS, Bakteri “Pemakan Daging” yang Menyebabkan Kematian di Jepang
Penemuan luar biasa ini melibatkan dua jenis bakteri unik: satu yang ditemukan secara tak sengaja di lab kampus di California, dan satunya lagi yang secara harfiah menghasilkan emas sebagai limbah metabolisme. Keduanya membuktikan bahwa mikroorganisme di bumi ini jauh lebih “hebat” dari yang kita kira.
Kisah Tak Sengaja di Balik Bakteri Pemakan Mangan
Penemuan pertama datang dari Jared Leadbetter, ahli mikrobiologi di California Institute of Technology (Caltech). Kisahnya terdengar seperti cerita film: Leadbetter meninggalkan sebuah botol berisi larutan mangan di lab karena harus pergi ke luar kampus. Beberapa bulan kemudian, saat kembali, ia menemukan lapisan hitam misterius menutupi botol tersebut.
Rasa penasaran pun muncul. Setelah diteliti, ternyata lapisan hitam itu adalah mangan teroksidasi yang dihasilkan oleh aktivitas bakteri. Bakteri ini, yang kemungkinan besar berasal dari air keran, memiliki kemampuan unik: menggunakan mangan sebagai sumber energi melalui proses kemosintesis.
Dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature, bakteri ini diketahui mampu mengubah karbon dioksida menjadi biomassa dengan energi yang dihasilkan dari “memakan” mangan. Ini merupakan bakteri pertama yang diketahui bisa melakukan hal tersebut, dan secara tak langsung menjelaskan fenomena misterius seperti penyumbatan sistem air atau bahkan pembentukan nodul logam di dasar laut.
Leadbetter menyebut bahwa mikroba ini sangat mungkin hidup di air tanah, bahkan di sistem distribusi air minum. Dengan kata lain, kita mungkin hidup berdampingan dengan makhluk mikro yang super kuat ini, tanpa sadar!
C. metallidurans: Bakteri yang Buang Emas
Kalau kisah bakteri pemakan mangan sudah cukup mencengangkan, tunggu sampai kamu kenalan dengan Cupriavidus metallidurans, alias bakteri yang tinjanya emas.

Ditemukan pertama kali pada 2009 oleh ahli geomikrobiologi Frank Reith, bakteri ini diketahui bisa bertahan di lingkungan ekstrem yang penuh logam berat seperti tembaga dan emas, lingkungan yang seharusnya mematikan bagi mikroorganisme lainnya.
Nah, bakteri ini punya cara unik untuk bertahan hidup. Ia menggunakan enzim CupA untuk mengeluarkan tembaga dari dalam sel. Tapi kalau ada emas, enzim ini jadi “stres”, dan logam-logam berat itu tetap berada di dalam sel. Lalu muncullah enzim CopA, yang mengubah senyawa logam menjadi bentuk tidak beracun. Proses ini menghasilkan nanopartikel emas yang muncul di permukaan tubuh si bakteri.
Bayangkan: mikroorganisme yang menghasilkan emas sebagai hasil sampingan dari proses detoksifikasi internalnya. “Secara harfiah, mereka membuang emas,” kata Reith. Epic!
Potensi Masa Depan: Dari Lingkungan ke Teknologi Tinggi
Temuan ini bukan sekadar pencapaian ilmiah, tapi juga bisa jadi game changer dalam berbagai sektor:
– Lingkungan: Bakteri pemakan mangan bisa digunakan untuk mengurangi limbah logam berat di sistem air atau industri.
– Pertambangan dan daur ulang logam: C. metallidurans punya potensi untuk dimanfaatkan dalam biomining, yakni proses mengekstraksi logam mulia dari tanah atau limbah industri secara ramah lingkungan.
– Produksi nanomaterial: Bayangkan jika emas yang dihasilkan bakteri ini bisa dikembangkan sebagai nanopartikel untuk elektronik, biomedis, atau sensor pintar.
– Bioteknologi dan energi: Dengan kemampuan menghasilkan energi dari logam, kita bisa memikirkan ulang cara manusia menghasilkan energi dari sumber non-konvensional.
Baca juga: Pemerintah Siap Sebarkan Nyamuk Berbakteri Wolbachia, Bahaya atau Tidak?
Temuan dua bakteri ini sekali lagi menegaskan bahwa mikroorganisme bukan sekadar makhluk tak kasat mata, melainkan pahlawan masa depan dalam bidang lingkungan, industri, bahkan ekonomi. Mereka bisa melakukan apa yang mustahil dilakukan manusia—mengolah racun, bertahan dalam kondisi ekstrem, dan bahkan mengubah “sampah” mereka menjadi emas.
Siapa sangka, dari dalam air keran atau tanah penuh logam, tersembunyi makhluk mungil yang bisa menjadi solusi dari masalah besar dunia? Dunia mikrobiologi belum selesai mengejutkan kita dan tampaknya, kejutan itu baru saja dimulai.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)
