Foto: Unspalsh
Teknologi.id – Pernah merasa
bersalah karena tidak langsung membalas pesan atau mungkin kamu sering dicap
tidak peduli hanya karena membalas “OK” setelah menerima chat panjang? Jangan
buru-buru merasa bersalah, bisa jadi kamu adalah seorang Bad Replier. Istilah ini
menggambarkan fenomena psikologis yang semakin umum di era komunikasi digital
yang serba instan.
Ternyata, hal tersebut menjadi
salah satu fenomena psikologis mengapa seseorang hanya membalas pesan secara
singkat atau lama, dengan hanya menjawab “oke”, “maaf chatnya tenggelam”, “maaf,
baru bales”. Balasan tersebut bukan karena mereka malas atau tidak sopan,
tetapi karena ada alasan psikologisnya.

Penasaran alasan psikologis seseorang
menjadi bad replier? Yuk, simak selengkapnya disini!
Apa Itu “Bad Replier” dan Mengapa Banyak dari Kita
Mengalaminya?
Istilah Bad Replier merujuk pada
orang-orang yang kesulitan membalas pesan dengan cepat, atau sering kali
membalas secara sangat singkat seperti “oke”, “nanti ya”, atau bahkan tidak
membalas sama sekali. Alasan mengapa seseorang lupa membalas pesan adalah tekanan
mental, rasa cemas atau kebiasaan yang sulit diubah. Misalnya, kebiasaan yang
membalas pesan “nanti”, hingga berujung lupa membalas.
Melansir dari Stylist.co.uk,
seseorang yang disebut sebagai ‘Bad replier’ terkadang merasa bersalah karena
tidak merespon secara ideal, meski kesannya tidak sopan santun, terkadang memiliki
kecemasan dan ketakutan dalam membalas sebuah pesan. Fenomena ini ternyata
sering di jumpai di sekitar kita, bahkan terkadang kita sendiri yang mengalaminya.
Baca juga: Kenapa
Kamera iPhone Sering Terlihat Lebih Bagus Ketimbang Android? Ini Rahasianya
Benarkah Tidak Membalas Chat Itu Egois? Ini Sudut Pandang
Psikologis yang Jarang Diketahui
Kita hidup dalam budaya
“selalu online” yang menuntut respons cepat. Jika seseorang membaca pesan tapi
tidak langsung membalas, kita langsung berasumsi: “Dia tidak peduli”, “Aku
diabaikan”, atau “Dia marah?”. Padahal, kenyataannya bisa sangat berbeda. Bad Replier merasa bersalah
tapi tidak bisa keluar dari lingkaran rasa cemas itu. Beberapa bahkan menulis draf
panjang tapi tidak jadi mengirim, atau merasa terjebak antara ingin merespons
dan takut salah ucap.
Hal ini bukan sekadar soal
manajemen waktu, tapi kesehatan mental. Otak kita tidak dirancang untuk terus
menjawab banyak obrolan dalam waktu bersamaan. Sayangnya, fitur seperti centang
biru dan status “online” memperparah tekanan itu. Sering dilupakan adalah bahwa
semua orang punya kapasitas sosial dan emosional yang berbeda. Ada yang mampu
membalas 20 chat sehari tanpa lelah, tapi ada pula yang butuh ruang untuk
sekadar bernapas sebelum menjawab satu pesan panjang.
Menurut Dr. Elena Touroni,
sebagai Psikologi dan pendiri My Online Therapy, mengatakan bahwa Banyak orang
sulit membalas pesan bukan karena malas, tapi karena merasa kewalahan secara
emosional, Ketika merasa cemas atau tidak siap secara mental, sebagian orang
memilih untuk menunda membalas pesan sebagai bentuk kontrol atas waktu dan
energi mereka sendiri.
Dr. Elena Touroni juga mengatakan
bahwa ketika seseorang merasa cemas atau tidak siap secara mental, sebagian
orang memilih untuk menunda membalas pesan sebagai bentuk kontrol atas waktu
dan energi mereka sendiri, Ini adalah mekanisme bertahan saat seseorang merasa
“dipaksa” terhubung ketika mereka belum siap.
Baca juga: Kenapa
Kamera iPhone Sering Terlihat Lebih Bagus Ketimbang Android? Ini Rahasianya
Cara Jadi Pribadi yang Lebih Responsif
Ingin menjadi pribadi yang lebih responsif dalam
membalas pesan bukan berarti harus selalu cepat merespons. Menurut psikolog Dr.
Elena Touroni, perubahan dimulai dari kesadaran diri dan tanggung jawab
pribadi. Kita perlu mengakui jika kebiasaan membalas pesan dengan lambat
membuat tidak nyaman, lalu mengaitkannya dengan nilai yang ingin kita perbaiki,
seperti menjadi orang yang hadir dan bisa diandalkan.
Tidak semua pesan harus dibalas seketika. Yang
terpenting adalah membalas dengan niat dan kesadaran. Menjadi replier yang baik
berarti tahu kapan harus hadir secara emosional, bukan sekadar cepat membalas
demi memenuhi ekspektasi digital yang melelahkan.
Baca berita dan artikel
lainnya di Google News.
(atr)
