Review Samsung Galaxy S25 Edge: Inovasi Desain yang Bukan Untuk Semua Orang

Gizmologi Asus GU605 Tech Media Banner INTEL

Ketika desain smartphone non-lipat mulai terasa mirip satu dengan yang lain, sejumlah brand mencoba untuk hadirkan inovasi atau diferensiasi dalam caranya masing-masing. Mulai dari hadirkan efek lampu khusus, motif kolaborasi dengan pihak ketiga, sampai aksesori pelengkap. Dan pada tahun ini, Samsung mencoba untuk mendobrak keterbatasan inovasi lewat hadirnya Samsung Galaxy S25 Edge sebagai smartphone tertipisnya saat ini.

Sekilas Info

Tipis, namun tetap bisa memberikan pengalaman Ultra. Samsung sempat memamerkannya sejak awal tahun kemarin, namun akhirnya baru debut global Mei kemarin. Dan setelah menjajalnya selama beberapa hari, saya bisa paham kenapa Samsung membutuhkan waktu cukup lama sampai akhirnya bisa menjual Samsung Galaxy S25 Edge. Karena smartphone spesial satu ini membutuhkan optimalisasi yang pas supaya nyaman digunakan.

Dan Kesimpulan saya terhadap smartphone ini, bisa dibilang serupa dengan mereka yang sudah menjajalnya. Di mana kamu tidak bisa menilainya hanya sebatas dari spesifikasi di atas kertas—termasuk dari kapasitas baterainya. Berikut review Samsung Galaxy S25 Edge selengkapnya.

Desain

Samsung Galaxy S25 Edge

Memang, ketipisan perangkat bukan menjadi salah satu inovasi yang mungkin dicari, dan ketika “disampaikan” lewat lembar spesifikasi pun tidak terasa menggunggah. Namun Gizmo friends baru bisa mengapresiasi inovasi yang bisa dihadirkan lewat desain Samsung Galaxy S25 Edge, ketika memegang dan menggenggamnya secara langsung. Hampir semua orang, termasuk saya sendiri, baru terkesima saat menggenggamnya.

Waktu pertama diluncurkan, impresi awal saya, “ngapain ya bikin hape setipis ini.” Lalu saat melihatnya langsung, “wah tipis juga ya,” dan ketika memegangnya, impresi naik menjadi “wah ini tipis banget sih.” Kurang lebih, pengalaman yang bertahap ini juga dialami oleh teman dan orang lain yang juga mencoba untuk mencoba Samsung Galaxy S25 Edge lebih jauh.

Profilnya hanya 5,8mm, dengan bobot 163 gram. Memegang Samsung Galaxy S25 Edge terasa seperti memegang setengah bagian smartphone lipat, hanya saja ini merupakan smartphone utuh. Sangat tipis, sangat ringan, namun juga terasa sangat solid berkat kombinasi bingkai Titanium dan material kaca pada sisi depan maupun belakang. Lengkap dengan IP68 yang membuatnya tahan air.

Ya, memang, sensor kameranya benar-benar menonjol keluar, karena Samsung memutuskan untuk sematkan sensor utama setara dengan versi Ultra. Secara natural, saya selalu meletakkan Samsung Galaxy S25 Edge dengan layar menghadap ke bawah, yang tentu juga menarik perhatian. Sedikit banyak, rasanya faktor tersebut sah menjadi alasan mengapa Gizmo friends membeli smartphone ini. Apalagi kalau bukan karena inovasi desainnya?

Tipis, terlihat premium, membuat saya tidak pernah ingin melengkapinya dengan case tambahan. Bodinya pun aman dari goresan maupun penyok, meski beberapa kali “menghadap langsung” dengan sejumlah obyek keras lain saat diletakkan di meja atau di dalam tas punggung. Namun bila Gizmo friends ingin pakai case, juga tidak masalah, karena bakal tetap terasa sangat ramping.

Layar

Samsung Galaxy S25 Edge

Setara Ultra, dalam dimensi Plus. Layar Samsung Galaxy S25 Edge berukuran 6,7 inci, menggunakan panel flat dengan keempat sisi bezel sangat tipis, dalam resolusi hingga 1440p dan refresh rate maksimum 120Hz. Tentunya dengan AMOLED khas Samsung yang selalu sukses memanjakan mata baik secara saturasi dan kontras (yang juga sangat customizeable).

Layar tersebut sudah terproteksi oleh Gorilla Glass Ceramic 2, yang dirumorkan memiliki daya tahan setara dengan iPhone terbaru, alias yang paling kuat dari Corning. Samsung juga nampaknya menerapkan lapisan khusus mirip pada versi Ultra, yang membuatnya terlihat lebih kontras dengan hitam lebih pekat saat layar dimatikan, dan lebih jelas saat digunakan di bawah sinar matahari langsung.

Samsung Galaxy S25 Edge

Bodi setipis ini, dengan layar sebesar ini ditambah keempat bezel tipis. Impresi ketika menggunakannya untuk menonton serial favorit menggunakan satu tangan dalam mode landscape, seolah sedang hanya memegang kaca layar saja, memberikan efek imersif yang benar-benar baru bisa dirasakan saat menjajalnya. Sebuah perasaan yang sulit dituangkan dalam bentuk teks, maupun spesifikasi di atas kertas.

Ukuran punch hole pada kamera depan sangat kecil, sehingga berikan kesan lebih luas pada layar. Sementara in-display fingerprint sensor pada Samsung Galaxy S25 Edge sudah memiliki letak yang pas, tidak terlalu ke bawah, dengan akurasi yang juga sudah bisa diandalkan dan relatif instan.

Baca juga: Review Samsung Galaxy S25 Ultra: Tetap Unggulkan AI, Produktivitas & Kamera Berkualitas

Kamera

Samsung Galaxy S25 Edge

Hanya dua kamera, tetapi saya justru lebih sering ambil foto sehari-hari dibandingkan Galaxy S25 standar. Ya, Samsung Galaxy S25 Edge hanya membawa dua sensor terpisah pada modul kamera belakangnya, tanpa sensor telefoto khusus. Namun masing-masing sensor dibuat lebih superior dibandingkan varian lain (selain Ultra yang memang lebih tinggi). Salah satunya dengan menyematkan sensor 200MP yang sangat berkualitas di segmennya.

Sensor tersebut dipasangkan dengan 12MP ultrawide, yang dilengkapi autofokus untuk kemampuan memotret obyek jarak dekat alias makro. Walaupun secara resolusi tak begitu tinggi, namun tergolong berkualitas di berbagai kondisi pencahayaan, termasuk indoor low-light sekalipun. Namun tentunya kamu bakal lebih sering memanfaatkan sensor 200MP untuk berbagai sudut pandang.

Tanpa telefoto, Samsung mencoba untuk memaksimalkan sensor yang sangat besar ini, sehingga bisa menjadi alternatif pengganti. Untuk kualitas gambar 1x zoom, tak perlu diragukan lagi, karena bisa berikan warna cukup sesuai dengan pencahayaan yang ada, meski dalam beberapa kondisi terlihat sedikit lebih hangat atau lebih berwarna. Juga efek sharpening yang, sejatinya, baru terlihat saat diperbesar. Ditujukan agar foto terlihat lebih tajam, terutama ketika dibagikan ke media sosial.

Kamera Samsung Galaxy S25 Edge

Nah, bagaimana kalau dipakai nge-zoom? 2x zoom masih aman banget, tanpa detail yang jauh turun. Menariknya, bahkan sampai 4x zoom juga masih relatif optimal. Yang saya perhatikan, ketika mengambil gambar 4x zoom, kamera Samsung Galaxy S25 Edge membutuhkan waktu ekstra untuk menangkap momen—saya berasumsi untuk mengambil informasi lebih banyak demi keperluan post processing, agar hasil optimal.

Dengan kata lain, untuk pengambilan gambar dalam rentang 0,6x – 4x, kamera Samsung Galaxy S25 Edge menurut saya lebih memuaskan dibandingkan S25 standar. Efek sharpening dan jeda pengambilan gambar yang muncul di atas, bisa diatasi dengan mematikan pengoptimalan kamera pada menu Settings atau lewat aplikasi Camera Assistant—poin plus lain di mana kini Samsung berikan fleksibilitas untuk mengatur seberapa jauh pemrosesan pada gambar dapat terlibat.

Kehadiran sensor 200MP tidak hanya untuk “memenangkan” angka spesifikasi, tetapi dimanfaatkan Samsung sebagai alternatif pengganti sensor telefoto pada Samsung Galaxy S25 Edge, memanfaatkan in-sensor zoom dan teknologi fotografi komputasi lainnya.

Hasil foto lengkap dari kamera Samsung Galaxy S25 Edge, bisa kamu akses lewat album berikut ini.

AP1GczMCwG8O0Sq6F4aweKHJuEDiWKpq1vpEHpNeQFJ3nyvklnXuGW 6Pg2q1pwOFi2RA3mwVkWWLebr0hjCRwCmfIB3s486Jna6QTkgXIrc8aG8383HiT90=w2400
AP1GczMZIsZ0jHt7rDlV0o1i0Oi lYa0nPHjGcR6eWapOhQ 0O1dRpcH3mNrJv8gxM7Jp6vlGUMIWqF4e3rbw27Vhar 5T0Ji xnJDw7 C7dst LYcfRMiuM=w2400
AP1GczOInmyaGemSLdBGb9BjCNP1ETvptO41 jrTc2JAoZDwwR0wwBSY0DW2uCrunG7Gag93Sn9PHi8bwH92Fr4lMQC6x75IJozy3gJS 7JK7xPo NPeskLj=w2400
AP1GczPOxgA3XSFVDViA8DAWkTm hcbX 2lQ
AP1GczN 1CKZ6P0rbOHQPoN9HIiy TEM s2Q5NEnDPjYl9aIoPDFE5y6ipQhlbkKr8ur1GqVbTpJGbL5id s7GSrR uCBMaUYcYseHxL OhAru HH2YRQM =w2400
AP1GczMV6en 0M6nEAqydNP6jIPq9jZcq355cMFy795YBCh2Mu3i8k4Pu1d6GaqAv LeIJGjo4C 57K7gKIZSCvGOg1s4 05kO Wpk4ZI34UnkmIjHg7qfVA=w2400
AP1GczOqX4MImZyWMKauBPz1gv JbmVmq82n1pmI0sVs2JvGyXktNCj5oyREDZmCy2ObQMLUPJFcChnFl2phaWr6QSR3zaWDUPHlmJCKvIj56STHp0A4NPmu=w2400
AP1GczMTl1lAoBO3tB18 KDMM dthOmAHAttJpb5qogvtMd0v8Q1zJDr3hp2P CGBIkeMp0QaIpLJv2xdi aqHMq

Selain kualitas foto, kemampuan perekaman video Samsung Galaxy S25 Edge juga bisa diacungi jempol. Semua sensor kamera termasuk di sisi depan bisa rekam video 4K 60fps dengan stabil, sementara sensor utama bisa naik ke 8K 30fps. Oh ya, kamera selfienya punya sudut pandang cukup lebar, dan juga mendukung autofokus.

Selain video berkualitas ditambah stabilisasi optimal, tentu kamu juga bisa manfaatkan fitur Audio Eraser untuk konten vlog yang lebih jelas. Absennya sensor telefoto tentu membuat Samsung Galaxy S25 Edge kurang cocok untuk momen konser—mungkin untuk menangkap momen masih oke, atau selama kamu berada di depan panggung, asalkan tidak menggunakan zoom karena bakal jauh lebih halus saat sudah mencapai 3x ke atas.

Fitur

Google Gemini Samsung Galaxy S25 Edge

Dengan One UI 7 berbasis Android 15, Samsung Galaxy S25 Edge membawa semua fitur komplit yang dibawa dari S25 Series lainnya, termasuk Galaxy AI yang bisa dibilang masih jauh lebih superior dibandingkan Apple Intelligence milik iPhone. Mulai dari kemampuan edit fotonya, sampai beberapa fitur pendukung produktivitas seperti Writing Assist dan transkrip dari rekaman suara, lengkap bersama dukungan bahasa Indonesia.

Dan ngomong-ngomong soal dukungan, Samsung Galaxy S25 Edge juga membawa benefit jaminan 7 tahun pembaruan OS dan keamanan rutin, jadi sangat aman untuk digunakan dalam jangka panjang. Fitur yang ditawarkan benar-benar komplit, bahkan diberikan opsi kustomisasi lebih lanjut lewat aplikasi Good Lock yang bisa diunduh dari Galaxy Store.

Saat memutar musik atau sedang ada proses dari aplikasi lain, kini bakal ditampilkan dalam bentuk pill pada bar notifikasi, mirip seperti Dynamic Island di iOS. Sementara Now Bar bisa jadi pintasan praktis kendali aplikasi dari layar kunci, dan Now Brief masih hanya bermanfaat atau insightful ketika pengguna sudah menggunakan ekosistem perangkat Samsung lengkap dengan wearables, agar bisa berikan informasi lebih komprehensif.

Yang menurut saya jempolan, adalah kualitas audio Samsung Galaxy S25 Edge lewat speaker stereonya. Jernih, cukup lantang, minim distorsi dalam volume maksimum, dan dentuman bass masih bisa terdengar. Lebih baik dari S25 standar, dan masih sangat enjoyable ketika kita sedang tidak membawa earphone, untuk akses konten, memutar musik, atau melakukan panggilan langsung dari speaker smartphone.

Performa

Skor Antutu Samsung Galaxy S25 Edge

Sama seperti varian Galaxy S25 lainnya, Samsung Galaxy S25 Edge hadir membawa cip Snapdragon 8 Elite for Galaxy, dengan embel-embel di belakang menandakan optimalisasi lebih baik serta clock speed lebih tinggi. Dipasangkan dengan RAM seluas 12GB, dan bahkan sistem pendingin khusus yang sejujurnya membuat saya terkejut bagaimana Samsung bisa menyematkan semua ini ke dalam profilnya yang tipis. Apakah jadi cepat panas?

Surprisingly, tidak. Hanya hangat normal saja yang terasa saat Samsung Galaxy S25 Edge digunakan secara lebih intensif seperti akses kamera di luar ruangan atau jalankan sejumlah aplikasi lebih berat hingga gaming. Bahkan menurut saya suhu perangkat sedikit lebih terjaga dibandingkan S25 standar. Mungkin Gizmo friends bisa menebak, solusi apa yang diterapkan agar semua ini bisa tercapai. Ya, yakni performance throttling.

Dalam kata lain, performa chipset dibatasi alias tidak dijalankan secara maksimal. Dampaknya bakal terasa bila memang Gizmo friends berniat menggunakan Samsung Galaxy S25 Edge untuk bermain game berat dalam setting grafis tinggi. Namun untuk penggunaan sehari-hari, termasuk akses aplikasi edit video, saya tidak merasakan adanya penurunan performa sama sekali. Tetap terasa ngebut, standar flagship masa kini. Optimalisasi chipset nampaknya benar-benar maksimal di sini.

Sejumlah smartphone gaming flagship pun hadir dengan aksesori tambahan seperti kipas pendingin—alternatif serupa mungkin bisa kamu terapkan bila memang ingin menggunakan Samsung Galaxy S25 Edge untuk bermain game. Dan bakal terasa lebih nyaman, berkat profilnya yang tentu jauh lebih tipis dan ringan, meski sudah ditambah dengan aksesori pendingin.

Baterai

Samsung Galaxy S25 Edge

Sulit untuk tidak berekspektasi rendah ketika mengetahui bila kapasitas baterai Samsung Galaxy S25 Edge hanya sebatas 3900 mAh—ya, bahkan sedikit lebih kecil dari S25 versi standar. Sehingga semasa menggunakannya, saya sudah menyiapkan ekspektasi, selalu membawa powerbank dan sebagainya. Namun nyatanya, tidak seburuk itu. Bahkan masih bisa digunakan hingga seharian penuh, dan terasa sedikit lebih awet dibandingkan S25 standar.

Rasanya tema besar yang dibawa oleh Samsung lewat kehadiran Samsung Galaxy S25 Edge, adalah optimalisasi dan bagaimana mereka memaksimalkan batasan hardware yang ada. Memang, kalau dipakai lebih intens dengan banyak ambil foto dan video, atau mengaktifkan hotspot, bisa habis sebelum jam makan malam. Tetapi dalam skenario penggunaan umum, bisa sampai jam tidur, masih aman.

Ya, paling itu saja, di mana baterai Samsung Galaxy S25 Edge agak sulit untuk tetap cukup sampai keesokan harinya, jadi lebih sering isi daya di malam hari. Karena kapasitas baterainya tak begitu besar, dukungan fast charging yang hanya 25W, terasa tidak begitu buruk. Dalam 30 menit, sudah bisa mencapai 60%, dan terisi penuh kurang lebih dalam waktu satu jam.

Opsi wireless charging maupun reverse wireless charging masih tersedia (meski sangat jarang saya aktifkan, mengingat daya tahannya sudah ngepas). Dan nggak perlu khawatir untuk isi daya semalaman, karena Samsung Galaxy S25 Edge mendukung fitur proteksi baterai yang bisa secara adaptif memberi limit hingga 80% saja, dan baru terisi penuh di pagi hari (atau benar-benar dibuat maksimum 80% seterusnya).

Kesimpulan

Samsung Galaxy S25 Edge

Ada inovasi yang harus dibayar mahal untuk menghadirkan sebuah smartphone yang sangat tipis. Melalui Samsung Galaxy S25 Edge, konsumen diberikan satu opsi tambahan untuk tampil beda, namun tetap membawa keunggulan seperti kamera 200MP berkualitas serta Galaxy AI yang komplit.

Pihak Samsung sendiri sebutkan bila Galaxy S25 Edge hadir sebagai alternatif bagi konsumen pengguna Galaxy S Series non-Ultra generasi sebelumnya, yang menginginkan upgrade, tetapi tidak membutuhkan sejumlah aspek seperti stylus S Pen dan dimensi bongsor pada versi Ultra. Menurut saya, smartphone ini juga hadir untuk kamu yang inginkan desain berbeda, tanpa ada pembanding yang setara—setidaknya sampai iPhone 17 Air dirilis nantinya.

Ya, Samsung Galaxy S25 Edge bukanlah untuk semua orang. Namun begitu, smartphone ini juga telah berhasil membuat beberapa orang di sekitar saya berhasil pindah dari ekosistem lain, berkat desain dan fitur AI yang ditawarkan. Apakah ini smartphone yang Gizmo friends cari atau nantikan selama ini?

Artikel berjudul Review Samsung Galaxy S25 Edge: Inovasi Desain yang Bukan Untuk Semua Orang yang ditulis oleh Prasetyo Herfianto pertama kali tampil di Gizmologi.id

Sekilas Info