Menurut Scott Dresser, Wakil Presiden Amazon Robotics, DeepFleet dirancang untuk mengoordinasikan gerak robot secara efisien, memangkas waktu tempuh hingga 10%. Hasilnya? Pengiriman barang jadi lebih cepat dan hemat biaya.
Amazon mulai menggunakan robot sejak tahun 2012, awalnya untuk memindahkan rak barang di gudang. Kini, perannya berkembang jauh: dari mengangkat barang seberat 500 kg hingga robot otonom yang bisa menavigasi sendiri di dalam pabrik.

Meningkatnya Penggunaan Robot Picu Kekhawatiran
Namun, meningkatnya penggunaan robot memicu kekhawatiran. Seiring berkembangnya robot humanoid bertenaga AI seperti yang digunakan di pabrik Tesla, banyak pihak mulai mempertanyakan: Apakah manusia akan tergeser?
Sebuah survei dari Pew Research menunjukkan bahwa pekerja pabrik adalah salah satu kelompok yang paling berisiko kehilangan pekerjaan karena otomatisasi dan AI.
Dresser mencoba meredam kekhawatiran itu. Ia mengatakan bahwa robot justru membantu meringankan tugas berat dan berulang, serta membuka peluang bagi pekerja manusia untuk belajar keterampilan teknis baru.
Baca juga: 25 Robot Polisi Diperkenalkan Polri, Publik Soroti Anggaran dan Manfaatnya
Sebagai contoh, fasilitas Amazon di Louisiana yang baru dibuka justru membutuhkan 30% lebih banyak tenaga kerja untuk posisi teknisi dan pemeliharaan.
Meski begitu, CEO Amazon Andy Jassy mengakui bahwa AI generatif memang akan mengotomatisasi beberapa jenis pekerjaan. Dalam memo kepada karyawan pada Juni lalu, ia menyebut bahwa jumlah pekerja Amazon kemungkinan akan menurun dalam beberapa tahun ke depan karena kemajuan teknologi.
Tren ini tampaknya sudah terlihat. Selama 2022 dan 2023, Amazon telah memangkas lebih dari 27.000 pekerjaan, dan proses perampingan masih terus berlanjut.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(ipeps)
