Namun, seiring meningkatnya fleksibilitas dalam ekosistem Apple, muncul pertanyaan penting: apakah penggunaan charger MacBook untuk iPhone benar-benar aman dalam jangka panjang?
Baca juga: Kenapa Kamera iPhone Sering Terlihat Lebih Bagus Ketimbang Android? Ini Rahasianya
Kompatibel, Tapi Tidak Tanpa Risiko
Charger MacBook modern, seperti model 67W atau 96W, memang menggunakan standar USB-C Power Delivery (PD) yang kompatibel dengan iPhone terbaru. Saat kabel USB-C disambungkan, kedua perangkat akan “bernegosiasi” secara digital untuk menentukan arus dan voltase yang sesuai. Misalnya, iPhone 15 Pro Max hanya akan menarik daya maksimal 27W, meski charger bisa menyuplai jauh lebih besar.

Masalahnya, pengisian cepat secara rutin punya dampak jangka panjang. Studi dari Battery University menunjukkan bahwa daya tinggi meningkatkan suhu baterai, dan setiap kenaikan suhu 10°C bisa melipatgandakan laju degradasi baterai lithium-ion.
Baterai iPhone Tak Dirancang untuk Dikebut Terus-Menerus
Secara resmi, Apple menyatakan penggunaan charger MacBook tidak membahayakan asalkan menggunakan kabel asli atau bersertifikasi MFi. Tapi baterai iPhone tetap memiliki batas siklus pengisian—biasanya sekitar 500 siklus penuh sebelum kapasitasnya turun ke 80%.
Riset dari iFixit mencatat bahwa iPhone yang sering diisi daya dengan charger 96W menunjukkan penurunan kapasitas baterai 12% lebih cepat setelah 18 bulan. Mungkin tak terasa dalam enam bulan pertama, tapi dampaknya mulai nyata di tahun kedua.
Kapan Charger MacBook Bisa Digunakan?
Ada kondisi tertentu di mana penggunaan charger MacBook bisa dibenarkan: saat traveling, ketika hanya membawa satu charger untuk semua perangkat, atau saat butuh pengisian kilat. Tapi untuk penggunaan harian, charger 20W tetap jadi pilihan terbaik.
Menariknya, fitur Optimized Battery Charging di iOS juga kurang maksimal saat menghadapi input daya besar secara terus-menerus. Sistem ini jadi kesulitan mengenali pola penggunaan yang stabil.
Panas, Bukan Meledak
Mitos bahwa charger berdaya besar bisa “meledakkan” ponsel adalah keliru. Perangkat Apple punya sistem manajemen daya cerdas. Namun, risiko yang nyata adalah panas. Tes dari UL Solutions menunjukkan charger 96W bisa membuat suhu permukaan iPhone 4–5°C lebih tinggi dari charger 20W, yang lama-lama bisa berdampak pada komponen internal.
“Kalau sesekali, oke,” kata Andi Santiko, pakar baterai wearable. “Tapi kalau jadi kebiasaan, itu seperti memacu mobil terus di rpm tinggi—lebih cepat aus.” Saran terbaik? Gunakan charger terpisah, lepaskan casing saat pengisian dengan charger MacBook, dan hindari mengisi daya semalaman.
Baca juga: Foto iPhone Sekelas DSLR? Coba Aplikasi AI Baru dari Adobe: Project Indigo
Apple memang menciptakan ekosistem perangkat yang saling terkoneksi dengan mulus. Tapi konektivitas bukan berarti bisa saling menggantikan tanpa risiko. Kadang, pilihan paling bijak adalah kembali ke dasar: gunakan alat sesuai fungsinya. Dalam kasus ini, charger iPhone tetap jadi opsi paling sehat untuk baterai Anda dalam jangka panjang.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(ipeps)
