Menurut laporan internal yang bocor ke The Wall Street Journal, pengunduran diri ini terjadi setelah serangkaian perbedaan pendapat strategis dengan Musk tentang arah platform. “Ini bukan perpisahan yang manis,” ujar seorang sumber dekat dengan dewan direksi yang meminta anonim. Data dari Sensor Tower menunjukkan bahwa dalam kuartal terakhir, X mengalami penurunan 15% aktivitas pengguna harian, menambah daftar tantangan yang dihadapi platform ini.
Baca juga: Bisnis Lumpuh Total, Elon Musk Janji Fokus Kerja 24/7 ke X, xAI, dan Tesla
Masa Kepemimpinan Yaccarino yang Singkat Namun Penuh Gejolak
Diangkat di tengah gejolak setelah akuisisi Musk, Yaccarino sebenarnya membawa angin segar bagi Twitter. Dengan latar belakang iklan yang kuat, ia berhasil membujuk beberapa pengiklan besar seperti Disney dan Apple untuk kembali ke platform setelah eksodus massal pasca-akuisisi. Laporan keuangan Q1 2025 menunjukkan pendapatan iklan tumbuh 22% di bawah kepemimpinannya.

Namun sayang, pertumbuhan ini tidak cukup untuk menutupi kerugian dari sejumlah keputusan kontroversial Musk. Kebijakan monetisasi centang biru yang kacau, pelonggaran aturan konten, dan antarmuka yang terus berubah membuat banyak pengguna lama merasa platform ini kehilangan identitas aslinya. Seorang analis media sosial dari Forrester Research menggambarkan situasi ini sebagai “kapal yang terus berganti nahkoda di tengah badai.”
3 Dampak Utama yang Mungkin Akan Terasa
1. Ketidakpastian Bagi Pengiklan
Dunia periklanan digital sedang menahan napas. “Yaccarino adalah jembatan terakhir antara Musk yang unpredictable dengan dunia pemasaran yang membutuhkan stabilitas,” ujar CEO salah satu holding perusahaan iklan terbesar di Asia. Tanpa figur penyeimbang ini, banyak pengiklan mungkin kembali mempertimbangkan komitmen mereka.
2. Potensi Perubahan Arah Produk
Dengan mundurnya Yaccarino, Musk kemungkinan akan mengambil kendali lebih langsung. Ini bisa berarti lebih banyak fitur eksperimental seperti integrasi pembayaran peer-to-peer atau dorongan lebih agresif ke konten berbayar. Beberapa prototipe fitur baru yang bocor menunjukkan rencana untuk membuat X menjadi “aplikasi segalanya” ala WeChat versi Barat.
3. Turbulensi Internal Perusahaan
Laporan dari karyawan X yang diwawancarai Bloomberg menggambarkan suasana kantor yang semakin tegang. “Banyak dari kami yang bertanya-tanya siapa berikutnya yang akan pergi,” ujar seorang engineer yang bekerja di tim inti. Ini adalah pertanda buruk untuk perusahaan yang sudah mengalami empat gelombang PHK besar dalam dua tahun terakhir.
Siapa yang Mungkin Akan Mengisi Jabatan Kosong Ini?
Spekulasi tentang pengganti Yaccarino sudah mulai bermunculan. Beberapa nama yang beredar termasuk:
-
David Sacks, mantan eksekutif PayPal dan sekutu dekat Musk
- Steve Davis, CEO The Boring Company yang sudah lama menjadi orang kepercayaan Musk
-
Karya AI, kemungkinan Musk akan menunjuk sistem AI sebagai CEO nominal
Yang paling mungkin adalah Musk akan mengambil alih sebagai CEO sementara – sebuah pola yang sudah familier bagi pengamat Tesla dan SpaceX. Namun dengan tujuh perusahaan lain yang sudah ia pimpin, pertanyaan besarnya adalah: bisakah satu orang benar-benar mengelola semua ini tanpa sesuatu yang akhirnya runtuh?
Baca juga: Pemuda Rp 58 Triliun Ini Resmi Pimpin Tim Super AI Meta: Ambisi Baru Zuckerberg
Refleksi untuk Para Pengguna
Sebagai pengguna yang mungkin sudah bertahun-tahun setia ke platform ini (dulu Twitter), kamu pasti merasakan bagaimana platform ini terus berubah. Mulai dari batasan 140 karakter yang kini sudah tidak ada, hingga algoritma yang semakin mendorong konten kontroversial.
Psikolog sosial dari Universitas Indonesia, Dr. Amanda Witdarmono, mengingatkan: “Platform media sosial bukan lagi sekedar tempat berbagi status, tapi telah menjadi ekstensi identitas digital kita. Perubahan drastis yang terlalu sering bisa menyebabkan kelelahan digital pada pengguna setia.”
Apa yang Bisa Pengguna Lakukan?
- Diversifikasi kehadiran digitalmu – Jangan bergantung pada satu platform saja
-
Backup konten penting – Gunakan fitur ekspor data secara berkala
-
Tetap kritis terhadap setiap perubahan kebijakan baru
-
Eksplor alternatif seperti Mastodon atau Bluesky untuk cadangan
-
Ingatlah bahwa di era digital ini, kamu bukanlah produk dari sebuah platform – platformlah yang seharusnya melayani kebutuhanmu.
Pengunduran diri Yaccarino mungkin bukan akhir dari kisah X, tapi pasti menjadi titik balik penting. Platform yang dulu dikenal sebagai “pulse of the planet” ini kini berada di persimpangan jalan: akan menjadi apa, dan untuk siapa?
Satu hal yang pasti – di dunia yang semakin terfragmentasi ini, ruang untuk percakapan publik yang sehat lebih penting dari sebelumnya. Apakah X bisa memenuhi peran itu, atau akan menjadi monumen bagi ambisi satu orang? Waktu yang akan menjawab.
Bagaimana menurutmu? Apakah kamu akan tetap setia menggunakan X, atau mulai beralih ke platform lain?
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(ipeps)
