Gempuran Tarif AS dan Ketegangan Ekonomi: Tantangan dan Peluang Industri Ekspor Jawa Barat

May 21, 2025 - 14:36
 0  0
Gempuran Tarif AS dan Ketegangan Ekonomi: Tantangan dan Peluang Industri Ekspor Jawa Barat

HALO BISNIS – Di tengah hembusan dingin sore hari di El Hotel Bandung, para ekonom, pelaku industri, dan pemangku kebijakan berkumpul dalam diskusi publik bertajuk “Gempuran Tarif AS: Ekonomi Indonesia di Ujung Tanduk? Dialog Kritis Mencari Solusi”. Diskusi ini, diadakan oleh Suara.com dan CORE Indonesia pada Selasa (20/5/2025), menyoroti bagaimana gejolak ekonomi global dan tarif baru dari Amerika Serikat telah menekan sektor industri ekspor Indonesia, khususnya di Jawa Barat yang dikenal sebagai pusat manufaktur dan ekspor nasional.

Suwarjono, Pemimpin Redaksi Suara.com, membuka diskusi dengan menyatakan bahwa Bandung dipilih sebagai lokasi diskusi bukan tanpa alasan. “Bandung adalah salah satu sentra ekspor nasional—dari tekstil, alas kaki, hingga furnitur—yang kini sedang tertekan. Ini adalah momentum penting untuk mencari solusi dari daerah sebagai rujukan kebijakan nasional,” ujarnya.

Jawa Barat, yang ekspor nonmigasnya ke Amerika Serikat pada Januari 2025 mencapai USD 499,53 juta atau 16,62% dari total provinsi, kini menghadapi tantangan besar. Gelombang PHK massal melanda, terutama di industri tekstil dan produk tekstil (TPT), akibat penurunan pesanan dan meningkatnya persaingan dengan produk impor. Kebijakan tarif baru AS menekan lebih jauh permintaan ekspor, sementara impor meningkat tajam.

Mohammad Faisal, Direktur Eksekutif CORE Indonesia, mengungkapkan risiko serius yang dihadapi Indonesia akibat perang dagang AS-Tiongkok. “Potensi impor ilegal dari Tiongkok mencapai 4,1 miliar USD dengan kerugian negara sekitar Rp 65,4 triliun,” jelasnya. Sementara itu, Prof. Rina Indiastuti dari Universitas Padjadjaran menyoroti dampak kebijakan tarif AS pada industri Jawa Barat, terutama sektor tekstil yang mengalami tekanan hingga beberapa perusahaan tutup dan melakukan PHK.

Di tengah tantangan ini, Ning Wahyu Astutik, Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Jawa Barat, mengungkapkan keresahan para pelaku usaha. “Kami menghadapi tekanan berlapis, mulai dari ketidakpastian usaha, maraknya impor barang ilegal, hingga regulasi yang tidak sinkron,” ujarnya. Masalah tenaga kerja, premanisme, dan biaya logistik yang tinggi membuat dunia usaha tercekik.

Meski demikian, diskusi ini juga mengidentifikasi peluang melalui pergeseran rantai pasok global. Ada rencana relokasi pabrik otomotif ke Jawa Barat, dengan basis manufaktur yang kuat dan beragam—otomotif, elektronik, tekstil, dan lainnya—dapat menjadi modal pengembangan kapasitas inovasi daerah.

Strategi utama yang diusulkan termasuk pengendalian arus impor dan peningkatan komponen lokal. Faisal menekankan bahwa pengendalian impor bukan sekadar proteksionisme, tapi upaya menjaga kedaulatan pasar domestik. Beberapa sektor telah menunjukkan hasil positif setelah menerapkan mekanisme verifikasi impor.

Meningkatkan komponen lokal juga telah terbukti sukses, terutama di industri elektronik yang mengalami lonjakan produksi signifikan. “Dalam ketidakpastian ekonomi global, penguatan ekonomi domestik bukan lagi pilihan, tetapi keharusan,” tegas Faisal, menyoroti pentingnya skema TKDN untuk mendorong investasi dan membangun ekonomi yang tangguh.

Diskusi ini bukan hanya sekadar mencari solusi jangka pendek, tetapi juga merancang strategi untuk masa depan yang lebih stabil dan berkelanjutan bagi industri ekspor Jawa Barat. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, industri, dan akademisi, diharapkan tantangan ini dapat diubah menjadi peluang untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional.(HS)

What's Your Reaction?

Like Like 0
Dislike Dislike 0
Love Love 0
Funny Funny 0
Angry Angry 0
Sad Sad 0
Wow Wow 0