Mengenal Perjalanan USB: Dari Cikal Bakal hingga Kecepatan Super

Baca juga: Mengapa iPhone 16 Masih Menggunakan USB 2.0 yang Berusia Dua Dekade?
Awal Mula: Lahirnya Standar Universal (1995–1998)
Pada 1995, Intel, Microsoft, IBM, Compaq, NEC, DEC, dan Nortel membentuk aliansi demi satu tujuan: satu port untuk segala kebutuhan. Dipimpin Ajay Bhatt dari Intel, tim ini merumuskan spesifikasi USB 1.0 yang meluncur tahun 1996. Kecepatannya? “Cuma” 1,5 Mbps (low speed) dan 12 Mbps (full speed). Terbukti belum cukup menggoda pasar, USB 1.0 nyaris tak terdengar gaungnya.
Setahun kemudian, USB 1.1 hadir dengan perbaikan kompatibilitas dan stabilitas. Akhirnya, para produsen komputer mulai memasang port USB di mesin mereka, membuka jalan bagi era baru konektivitas plug-and-play.
Lompatan Performa: USB 2.0 dan Mini Connector (2000–2007)
Tahun 2000 jadi titik balik. USB 2.0 membawa lonjakan drastis ke 480 Mbps, memungkinkan pindah file video dan backup data kilat. Tak hanya data, USB 2.0 juga mengenalkan kemampuan “ngisi daya” perangkat, cikal bakal power bank kelak.
Dengan standar baru datang konektor yang lebih kecil: Mini-A dan Mini-B. Smartphone dan kamera digital pun mulai mengandalkan port ini. Pada 2007, muncul lagi Micro-A, Micro-B, dan Micro-AB yang lebih mungil, lebih pas di perangkat genggam. Plus, USB On-The-Go (OTG) memungkinkan dua gadget, katakanlah HP dan flashdisk, langsung bertukar data tanpa komputer.
Era SuperSpeed: USB 3.0 hingga USB 3.2 (2008–2017)
Kecepatan bicara dunia digital terus memanas, hingga muncul USB 3.0 pada 2008. Dengan branding “SuperSpeed”, transfer bisa menembus 5 Gbps. Hebatnya, backward-compatible: kabel USB 3.0 tetap bisa dipakai di port USB 2.0 (meski kecepatannya dibatasi).
Di tahun berikutnya, pembentukan USB Implementers Forum (USB-IF) memastikan standar ini dirawat konsisten. USB 3.1 (2013) memperkenalkan varian Gen 2 berkecepatan 10 Gbps (“SuperSpeed+”). Dan pada 2017, USB 3.2 memanfaatkan dua jalur data di konektor USB-C untuk ngebut hingga 20 Gbps.
Revolusi Konektor: Munculnya USB Type-C (2014)
Lelah bolak-balik pasang kabel terbalik? USB-C menjawab soal itu. Reversible, dengan kata lain bahwa bisa dipasang bolak-balik, lebih ramping, dan terintegrasi untuk data, video, serta daya. MacBook modern pun hanya mengandalkan USB-C. Bukan sekadar port, USB-C adalah simbol fleksibilitas masa depan.
Puncak Kecepatan: USB4 dan USB4 2.0 (2019–2022)
Bersandar pada Thunderbolt 3, USB4 debut pada 2019 dengan kecepatan hingga 40 Gbps, sekaligus dukung multi-stream video dan power delivery. Lalu pada 2022, USB4 2.0 hadir dengan “quad-lane” lewat USB-C, memuntahkan data 80 Gbps, tercepat dalam sejarah USB.
Kenapa USB Bertahan & Hidup Terus?
-
Plug-and-Play: Colok, pakai, cabut tanpa repot.
-
Hot-Swappable: Ganti perangkat tanpa restart.
-
Backward Compatibility: Versi baru tetap terima kabel lama.
-
Daya & Data Sekaligus: Charge ponsel sambil sinkron data.
Faktor-faktor inilah yang membuat USB tetap relevan, meski kita sudah melewati berbagai tren konektor sepanjang dua dekade terakhir.
Pandangan ke Depan: Apa Selanjutnya?
Seiring berkembangnya AI, VR/AR, dan Internet of Things, kebutuhan bandwidth dan fleksibilitas port makin tinggi. USB tak hanya akan dipakai di laptop dan HP, tapi juga di robot, wearable, dan perangkat edge computing. Kecepatan mungkin akan menembus 100 Gbps, daya yang bisa dialirkan bakal semakin besar, dan bentuk konektornya bisa makin mini.
Baca juga: AirPods 4 Rilis: Fitur ANC, Adaptive Audio, dan USB-C untuk Pasar Indonesia?
Kilas Balik dan Hikmah
Dari 12 Mbps ke 80 Gbps dalam kuartal abad, evolusi USB menegaskan bagaimana kolaborasi industri, seperti Intel, Microsoft, IBM, dan kawan-kawan, menghasilkan standar universal yang berdampak global. USB bukan sekadar kabel: ia adalah bukti inovasi berkelanjutan, yang memudahkan jutaan orang setiap hari.
Jadi, lain kali saat kamu mencolok flashdisk ke laptop atau mengisi daya ponsel, ingatlah bahwa di balik konektor sederhana itu, ada kisah panjang para insinyur yang merajut kemudahan dunia digital. Dan perjalanan USB belum usai; ia akan terus berevolusi untuk menjawab tantangan teknologi masa depan.
Baca Berita dan Artikel yang lain di Google News.
(mo)
What's Your Reaction?






